Monday, July 29, 2013

Apa Pendapat Mereka Ttg Syi'ah?

https://www.facebook.com/notes/acad-syahrial/apa-pendapat-mereka-tentang-syiah/10151584110019952




بسم الله


Ada sebagian dari saudara kita kaum Muslimin yang mengaku Ahlussunnah namun mengatakan bahwa pemahaman orang-orang yang membenci Syi'ah adalah pemahaman dari orang-orang yang baru belajar al-Qur'an dan as-Sunnah sehingga memahaminya hanya dari kulit-kulitnya saja.

Benarkah begitu?

Marilah kita simak perkataan dari beberapa orang di berikut ini:

'Ali ibn Abu Thalib رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - "Khalifah 'Ali" (23SH-40H, Shahabat sekaligus menantu dari Rasuulullaah صَلِّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ, salah seorang yang dijamin Surga, salah seorang dari 4 Khulafa' ar-Rasyidin):
 - Beliau pernah berniat untuk menghukum bakar orang-orang yang mempertuhankannya, diriwayatkan dari 'Abdullaah ibn 'Abbaas رَضِيَ اللهُ عَنْهَا bahwa beliau ('Ali) telah mengkafirkan mereka dan berkata:

لو كنت أنا لم أحرقهم لأن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( لا تعذبوا بعذاب الله ) . ولقتلتهم كما قال النبي صلى الله عليه و سلم ( من بدل دينة فاقتلوه )

(arti) "Seandainya saya (yang memberantas Syi'ah), saya tidak akan membakar mereka karena Nabi صَلِّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ bersabda: 'Janganlah kalian menyiksa dengan siksa الله (api)', saya akan membunuh mereka sebagaimana Nabi صَلِّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ bersabda: 'Barang siapa yang mengganti agamanya (murtad), maka bunuhlah dia!'." [HR Bukhari, no 3017].


Amir ibn Surahil asy-Sya'bi رحمه الله - "Imam asy-Sya'bi" (70-150H, salah seorang ulama dari kalangan Tabi'in yang berguru kepada 500 orang Shahabat):
- "Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syi'ah!" [as-Sunnah, 'Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal II/549].


Sufyan ibn Sa'id ibn Masruq ats-Tsauri رحمه الله - "Imam Sufyan ats-Tsauri" (77-126H, seorang ulama ahli hadits dan fuqaha dari kalangan Tabi'in):
- Ketika ditanya tentang seseorang yang mencela Abu Bakar dan 'Umar, beliau berkata: "Ia telah kafir kepada الله!". Kemudian beliau ditanya apakah dishalatinya (bila meninggal Dunia)?, maka beliau berkata: "Tidak! Tidak ada kehormatan (baginya)!" [Siyar A'lamin an-Nubala, VII/253].


Malik ibn Anas رحمه الله - "Imam Malik" (93-179H, guru imam asy-Syafi'i, Imam Darul-Hijrah, salah seorang dari 4 imam madzhab fiqih utama Ahlussunnah):
- "Siapa saja yang kalian saksikan mencaci-maki Shahabat Nabi yang mulia, maka saksikanlah bahwa mereka itu tidak termasuk golongan Islam!" [Kitabus-Sunnah, al-Khalal II/557].


Muhammad ibn Idris asy-Syafi'i رحمه الله - "Imam asy-Syafi'i" (150-204H, salah seorang dari 4 imam madzhab fiqih utama Ahlussunnah):
- Yunus ibn Abdil A'la, berkata bahwa bilamana disebut nama Syi'ah Rafidhah, maka beliau (Imam asy-Syafi'i) mencelanya dengan sangat keras dengan berkata: "Syi'ah itu kelompok terburuk!" [Manaqib Imam asy-Syafi'i, al-Baihaqi II/486].
- "Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi palsu dari Syi'ah Rafidhah" [Adabus-Syafi'i, hal 187; Manaqib asy-Syafi'i, al-Baihaqi I/468; Sunan al-Kubra, X/208].
- "Tak diberi sedikit pun dari harta rampasan perang, karena ﷲ Ta'ala menyampaikan ayat fa'i (harta rampasan perang), kemudian menyatakan: 'Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a: Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami (QS al-Hasyr (59):10)'. Maka barang siapa yang tidak menyatakan demikian, tentunya tidak berhak (mendapatkan bagian fa'i)?" [ath-Thabaqat, II/117].


Ahmad ibn Hanbal رحمه الله - "Imam Ahmad" (164-241H, murid imam asy-Syafi'i, salah seorang dari 4 imam madzhab fiqih utama Ahlussunnah):
 - "Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari para Shahabat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya, kecuali hanya 4 orang saja yang tidak mereka kafirkan, yaitu: 'Ali, Ammar, Miqdad & Salman. Golongan Rafidhah (Syi'ah) ini sama sekali bukan Islam!" [Kitabus-Sunnah, Ahmad ibn Hanbal hal 82].
- 'Ashim ibn Dhamrah berkata: "Aku berkata kepada Hasan ibn 'Ali bahwa sesungguhnya orang-orang Syi'ah menyangka bahwa 'Ali ibn Abi Thalib رضي الله عنه hidup kembali. Hasan menjawab: 'Orang-orang pendusta itu telah berdusta! Seandainya kami tahu hal itu (sebelumnya), niscaya kami takkan menikahi wanita-wanita mereka dan tidak akan kami bagi harta waris mereka!'" [al-Musnad, Ahmad ibn Hanbal IV/148 no 1265 - dihasankan oleh syaikh Syu'aib al-Arnauth].
- Abu Bakar al-Marwazi bertanya pada Imam Ahmad tentang orang yang mencela Abu Bakar, 'Umar & 'Aisyah. Maka beliau menjawab: "Saya berpendapat bahwa dia bukan orang Islam!" [Kitabus-Sunnah, al-Khalal II/557].
- Abdul Malik ibn Abdul Hamid menceritakan bahwa ia mendengar Imam Ahmad berkata: "Barang siapa yang mencela Shahabat Nabi, maka kami khawatir dia telah keluar dari Islam tanpa disadari." [Kitabus-Sunnah, al-Khalal II/558].
- 'Abdullaah ibn Ahmad ibn Hanbal bertanya pada ayahnya perihal seseorang yang mencela salah seorang dari Shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم, maka ayahnnya menjawab: "Saya berpendapat ia bukan orang Islam!" [Kitabus-Sunnah, al-Khalal II/558].


Muhammad ibn Ismail al-Bukhari رحمه الله - "Imam al-Bukhari" (194-256H, penulis kitab hadits al-Jami' ash-Shahiih):
- "Bagiku sama saja, aku shalat di belakang imam beraliran Jahmiyah atau Rafidhah (Syi'ah), atau aku shalat di belakang imam Yahudi atau Nasrani. Bagiku mereka ini beda tipis, dan seorang Muslim tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi mereka ketika sakit, juga tidak boleh kawin dengan mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan yang disembelih oleh mereka!" [Khalqu 'Af'alil-'Ibad, al-Bukhari hal 125].


Ubaidullaah ibn 'Abdil-Karim ar-Razi رحمه الله - "Imam Abu Zur'ah ar-Razi" (194-264H):
- "Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari Shahabat Rasuulullaah, maka ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasuul bagi kita adalah al-haq dan al-Qur'an al-haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan al-Qur'an dan as-Sunnah adalah para Shahabat Rasuulullaah. Sungguh mereka mencela para saksi kita (para Shahabat) dengan tujuan untuk meniadakan al-Qur'an dan as-Sunnah. Mereka (Syi'ah Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah (orang-orang zindiq)!" [al-Kifayah, al-Khathib al-Baghdadi hal 49].
- "Dan sesungguhnya orang-orang Jahmiyah adalah kafir, orang-orang Rafidhah telah meninggalkan Agama Islam, dan orang-orang Khawarij keluar (dari Islam)" [Syarah Usul I'tiqaad Ahlussunnah, Al-Laalakaaiy hal 285].


Hasan ibn 'Ali ibn Khalaf al-Barbahari رحمه الله - "Imam al-Barbahari" (??-329H, ahli ilmu ushul dan fuqaha madzhab Hanbali, penulis kitab Syarhus Sunnah):
- "Ketahuilah hawa nafsu itu seluruhnya adalah hina, mengantar kepada pedang (pemberontakan) dan yang paling hina dan paling kafir adalah Rafidhah." [Syarhus-Sunnah, hal 119 no 146].


'Ali ibn Ahmad ibn Hazm رحمه الله - "Imam Ibnu Hazm" (384-456H, fuqaha, ushuli & hafidzh dari Andalusia, imam fiqih Madzhab Zahiriyah):
- "Salah satu pendapat golongan Syi'ah Imamiyah, baik yang dulu maupun sekarang ialah bahwa al-Qur'an sesungguhnya sudah diubah.. Orang yang berpendapat bahwa al-Qur'an yang ada ini telah diubah adalah benar-benar telah kafir dan mendustakan Rasuulullaah صلى الله عليه وسلم!" [al-Fashlu fil-Milal wa al-Ahwa' wa an-Nihal, V/40].
- "Sesungguhnya Rafidhah bukanlah dari kalangan kaum Muslimin. Kelompok ini mula-mula muncul 25 tahun setelah Nabi صَلِّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ wafat, dan asalnya bermula dari mengikuti dakwah seorang yang الله hinakan yang hendak memerangi Islam ('Abdullaah ibn Saba'). Kelompok ini berjalan (berdasarkan) jalannya orang-orang Yahudi dan Nasharah dalam dusta dan kufur, dan kelompok tersebut adalah yang paling ghuluw (ekstrim)." [al-Fashlu fil-Milal wa al-Ahwa' wa an-Nihal, II/213].


Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali رحمه الله - "Imam al-Ghazali" (450-505H, penulis kitab Ihya' Ulumuddin):
- "Seseorang yang dengan terus-terang mengkafirkan Abu Bakar & 'Umar رضي الله عنهما, maka berarti ia telah menentang dan membinasakan ijma' kaum Muslimin. Padahal tentang diri mereka (para Shahabat) ini, terdapat ayat-ayat yang menjanjikan Surga kepada mereka dan pujian bagi mereka serta pengukuhan atas kebenaran kehidupan Agama mereka, serta keteguhan aqidah mereka serta kelebihan mereka dari manusia-manusia yang lain.. Bila mana riwayat yang begini banyak telah sampai kepadanya, namun ia tetap berkeyakinan bahwa para Shahabat itu telah kafir, maka orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah mendustakan Rasuulullaah صلى الله عليه وسلم, sedangkan orang yang mendustakan satu kata saja dari ucapan/perkataan Beliau, maka menurut ijma' kaum Muslimin, orang tersebut adalah kafir!" [Fadha'ihul-Bayyinat, hal 149].


Ahmad ibn Abdus Salam ibn Abdullah ibn Taimiyah رحمه الله - "Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah" (661-728H, penulis kitab Majmu' Fatawa):
- "Dan aliran Nashiriyyah  adalah dari orang-orang yang keras (ekstrim) Rafidhah, yang mempertuhankan 'Ali رَضِيَ اللهُ عَنْهُ dan mereka ini tebih kafir dari pada Yahudi dan Nasharah dengan kesepakatan kaum Muslimin." [Minhajus-Sunnah, III/262].
- "Barang siapa yang mencela para Salaf dari orang-orang Rafidhah, maka ia tidak sebanding. Dan tidak boleh dinikahkan. Dan barang siapa yang menuduh 'Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا dengan tuduhan yang الله mensucikannya darinya, maka ia telah keluar dari agama dan tidak boleh/sah pernikahannya terhadap wanita yang Muslimah kecuali ia bertaubat dan menampakkan taubatnya." [ash-Shaarim al-Masluul].
- "Aliran-aliran yang memusuhi kaum Muslimin dari kelompok Rafidhah dan yang semisalnya, lebih buruk dari kelompok Khawarij (teroris) yang mana Nabi telah memberikan nash untuk memerangi mereka dan menganjurkannya. Dan perkara ini adalah suatu yang disepakati oleh para ulama yang mengetahui perkara yang sebenarnya." [Majmu' Fatawa, XXVIII/494].


Ismail ibn 'Umar ibn Katsir رحمه الله - "Imam Ibnu Katsir" (701-774H, hafidzh, penulis kitab Tafsir al-Qur'an al-'Azhim):
- "Sekiranya masalah (washiyat) sebagaimana yang mereka perkirakan itu ada, niscayalah tak seorang Shahabat Nabi pun yang akan mengingkari. Sebab, mereka ini adalah manusia yang paling ta'at kepada الله dan Rasuul-Nya, baik selama Beliau masih hidup maupun sesudah Beliau wafat. Karena itu, sama sekali tidak benar kalau mereka berani mengambil ketetapan mendahulukan orang yang tidak didahulukan oleh Rasuulullaah dan mengakhirkan orang yang didahulukan oleh Rasuulullaah dengan ketetapannya. Barang siapa menganggap para Shahabat yang diridhai oleh الله dengan tanggapan semacam ini, berarti menganggap semua Shahabat berlaku durhaka, dan bersepakat menentang Rasuulullaah serta melawan putusan dan ketetapan Beliau. Siapa saja yang berani berpendapat semacam ini, berarti dia telah melepaskan tali simpul Islam, kafir terhadap ijma' seluruh ummat Islam. Dan menumpahkan darah orang semacam ini lebih halal daripada membuang khamr!" [ar-Risaalah, hal 751 & 1125].


Muhammad ibn 'Ali asy-Syaukani رحمه الله - "Imam asy-Syaukani" (1173-1250H, kibar ulama Yaman, hakim agung, penulis kitab Nailul Authar):
- "Perbuatan yang mereka (Syi'ah) lakukan mencakup 4 dosa besar, dan masing-masing dari dosa besar ini merupakan kekafiran yang terang-terangan. Pertama: menentang ﷲ. Kedua: menentang Rasuulullaah. Ketiga: menentang Syari'at Islam yang suci dan upaya mereka untuk melenyapkannya. Keempat: mengkafirkan para Shahabat yang diridhai oleh ﷲ, yang di dalam al-Qur'an telah dijelaskan sifat-sifatnya, bahwa mereka orang yang paling keras kepada golongan Kuffar, ﷲ Subhanahu wa Ta'ala menjadikan golongan Kuffar sangat benci kepada mereka. ﷲ meridhai mereka dan disamping telah menjadi ketetapan hukum di dalam Syari'at Islam yang suci, bahwa barang siapa yang mengkafirkan seorang Muslim, maka dia telah kafir, sebagaimana tersebut di dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan lain-lainnya." [Natsrul-Jauhar 'alaa Haditsi Abi Dzar, hal 15-16].



Orang-orang yang disebutkan di atas bukanlah sekedar da'i dari kampung belaka, mereka juga bukanlah hanya sekedar guru mengaji dari dusun yang pengetahuan dan ilmu keagamaannya sangat terbatas. Mereka adalah ulama-ulama utama terdahulu yang mulia akhlaknya, sangat tinggi keilmuannya dan orang-orang yang sangat zuhud lagi wara'.

Apakah mereka begitu "tidak adil dan beradab" sehingga tidak bisa memakai "logika & akal sehat" seperti pada umumnya orang di masa sekarang? Apakah pendapat mereka bahwa Syi'ah Rafidhah itu adalah sesat lagi menyesatkan, bahwa Syi'ah Rafidhah itu kafir dan merupakan musuh الله Ta'ala dan Rasuul-Nya adalah tidak valid, sehingga tidak perlu didengar atau dianggap? Lalu jika tidak, maka perkataan siapa lagi yang akan kita dengarkan?

Terakhir, bukalah hati untuk melihat dan mendengarkan berita-berita dari Iraq, dari Dammaj (Yaman), dan dari Suriyah.. tentang betapa Syi'ah Rafidhah, kaum Nusairiyyah, serta milisi Hisbul-syi'ah nya Hasan Nasrullah yang melakukan pembunuhan laki-laki, wanita dan anak-anak kaum Muslimin yang tanpa kesalahan terhadap mereka.. menembaki dan merusak masjid-masjid, perkebunan serta rumah-rumah kaum Muslimin.. mengepung dan menghalangi pengiriman bantuan pangan dan juga obat-obatan sehingga banyak orang-orang yang sakit bertambah parah dan sengsara.. bahkan menghalangi jamaah haji yang hendak berhaji untuk menjawab panggilan الله Ta'ala!



والله أعلم بالصواب

و بالله توفق

Sunday, July 21, 2013

Awas, Syiah Indonesia Mempersiapkan "Revolusi Kepemimpinan"!

*fb Orcela Puspita*

(Sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10200336218870579&set=a.1653325175486.2085068.1307751853&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-ash4%2F1003677_10200336218870579_1700217499_n.jpg&size=724%2C551)



AWAS,
SYI'AH INDONESIA MEMPERSIAPKAN 'REVOLUSI KEPEMIMPINAN ' !!

IMAMAH ADALAH KEWAJIBAN DALAM DOKTRIN SYIAH. Ketika dia MENJADI WAJIB, maka dia harus diperjuangkan.

Menurut mantan pengikut Syiah, Ustadz Roisul Hukama, PERSIAPAN REVOLUSI yang seperti terjadi di Iran, juga tengah DIPERSIAPKAN Syiah di Indonesia. “Itu cita-cita, jelas sekali,” tandasnya kepada para wartawan. Rencana itupun tengah dimatangkan dengan berbagai tahapan.

Salah satunya,
▬ MENANAM KADER-KADER SYI'AH
▬▬ DI BERBAGAI ORMAS DAN PEMERINTAH.

“Harus dikuatkan dulu dengan cara, ORANG-ORANG SYI'AH DITANAM DIMANA-MANA. Mereka semua ADA di ORMAS, PEMERINTAHAN, dan juga PARTAI POLITIK,” beberapa pria yang juga mantan penasehat IJABI Sampang ini.

Menurutnya
konspirasi yang tengah disiapkan di Indonesia bagian dari sebuah KONSPIRASI BERSKALA GLOBAL.

Syiah Indonesia sedang berupaya membuat lembaga yang disebut :
▬ Marja al-Taqlid,
▬▬ sebuah institusi kepemimpinan agama yang sangat terpusat,

diisi oleh :
▬ ulama-ulama Syiah terkemuka
▬▬ dan memiliki otoritas penuh untuk pembentukan pemerintah dan konstitusi Syiah.

Di Irak,
▬ lembaga Marja Al Taqlid dipimpin oleh Ayatollah Agung Ali al-Sistani.

Lembaga Marja Al Taqlid, selain berfungsi :
▬ menyusun dan mempersiapkan PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN BESERTA KONSTITUSINYA,
▬▬ juga berfungsi menyusun prioritas-prioritas pemerintah,
▬▬▬ TERMASUK pembentukan SAYAP MILITER yang disebut MAKTAB atau LAJNAH ASYKARIYAH.

Selama Marja al Taqlid ini belum terbentuk, maka pembentukan maktab askariyah pun pastilah belum sistematis dan terstruktur.

Gambar: Komunitas Syiah di Indonesia.
( Lihat : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=433996950041692&set=a.337257156382339.78813.336789156429139&type=1)

▓░

SEGERA BERAKSI !


Syi'ah terus beraksi ...
Di TV One dan TV lainnya ...
Dengan membawa para anteknya ...
Di dukung oleh sebagian TOKOH yang DUNGU ...

Di Dauroh kemaren Syaikh Saad menasehati demikian,
—————————————————————————
"JANGAN KALIAN KIRA PERISTIWA SURIAH TIDAK MUNGKIN TERJADI DI NEGERI INI. KALIAN HARUS MENGELUARKAN SELURUH TENAGA UNTUK MEMBENDUNGNYA "

Tentu
kita tidak ingin sebatas berkomentar..
Kita harus beraksi..

CETAK BUKU SAKU TENTANG (kesesatan) SYI'AH sebanyak-banyaknya..
Bagikan ke masyarakat..

Ingatlah .....
Ini jihad yang Agung..

Ya Rabb..
Beri kami kekuatan dan kesabaran..
Beli kami ketakwaan dan kemenangan..

-Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc ~hafidzohullah~

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10200850897887317&set=a.2332270858788.2130549.1010257349&type=1

▓░

ANCAMAN JALALLUDIN ▬► 'MEN-SURIAH-KAN ' INDONESIA !!!

"Al-Baqir 'alaihi as-salam (Ulama syi'ah) berkata:
Menyiksa SUNNI (ISLAM) akan masuk surga, membunuhnya akan masuk surga tertinggi tanpa hisab"
___
SUNNI : adalah istilah lain untuk ahlus sunnah.
Makna yang lebih luas untuk istilah ahlus sunnah wal jamaah adalah mencakup SEMUA orang yang mengaku dirinya sebagai seorang MUSLIM (ISLAM) SELAIN Rafidhah (baca:SYI'AH).
____________________

ANCAMAN JALALUDDIN RAKHMAT UNTUK INDONESIA

►Saya tidak bermaksud mengancam ya tapi apakah kita harus memindahkan konflik Sunnah-Syiah dari Iraq ke Indonesia?

► Menurut Jalaluddin Rakhmat, penganut Syiah tak akan diam saja seperti Ahmadiyah yang hanya tersenyum ketika mendapat kekerasan.
►“Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar Jalaluddin.
► Bahkan menurutnya, kaum Syiah pemberani dan merasa bangga jika bisa mengalirkan darah bersama Imam Husein.

►“Saya kira kelompok Syiah tidak sebagus dalam tanda kutip kelompok Ahmadiyah, kita adalah :
▬ sebuah kelompok keagamaan yang mendunia,
▬▬ jadi berbeda dengan kelompok Ahmadiyah yang menyambut pukulan yang mematikan itu dengan senyuman. Orang-orang Syiah pada suatu saat tidak akan membiarkan tindakan kekerasan itu terus menerus terjadi.

Karena buat mereka,
▬ mengorbankan darah
▬ dan mengalirkannya bersama darah Imam Husein
▬▬ adalah satu mimpi yang diinginkan oleh orang Syiah.

Saya tidak bermaksud mengancam ya

TAPI
▬ apakah kita harus memindahkan konflik Sunnah-Syiah dari Iraq ke Indonesia ?
▬▬ Semua itu berpulang pada pemerintah,”

ucapnya.

Selengkapnya di :
http://nahimunkar.com/ancaman-jalaluddin-rakhmat-untuk-indonesia/ 

Waspadai Misi Rahasia Syiah

*fb Orcela Puspita*
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10200273114052998&set=a.1653325175486.2085068.1307751853&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-ash4%2F311623_10200273114052998_1538924148_n.jpg&size=724%2C551



WASPADAI !…
MISI RAHASIA SYIAH


Inilah DOKUMEN RAHASIA sekte syiah, tentang misi jangka panjang mereka (50 th), untuk menegakkan kembali dinasti persia yang telah runtuh oleh Islam berabad-abad lamanya, sekaligus membumi-hanguskan negara-negara Ahlus Sunnah, musuh bebuyutan mereka.

Dokumen ini disebarkan oleh :
▬ Ikatan Ahlus Sunnah di Iran,
▬▬ begitu pula majalah-majalah di berbagai negara ahlus sunnah, termasuk diantaranya Majalah al-Bayan, edisi 123, Maret 1998.

Karena naskah yang tersebar adalah naskah dalam bahasa arab, maka kami terjemahkan ke dalam bahasa indonesia, agar orang yang tidak mampu berbahasa arab pun bisa memahami isi naskah tersebut.


Sekarang kami persilahkan anda membaca terjemahannya:
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

((Bila kita tidak mampu untuk mengusung revolusi ini ke negara-negara tetangga yang muslim, tidak diragukan lagi yang terjadi adalah sebaliknya, peradaban mereka -yang telah tercemar budaya barat- akan menyerang dan menguasai kita.

Alhamdulillah, -berkat anugerah Alloh dan pengorbanan para pengikut imam yang pemberani- berdirilah sekarang di Iran, Negara Syiah Itsna Asyariyyah (syiah pengikut 12 imam), setelah perjuangan berabad-abad lamanya.

Oleh karena itu,
-atas dasar petunjuk para pimpinan syi’ah yang mulia- kita sekarang mengemban amanat yang berat dan bahaya, yakn i: menggulirkan revolusi.

Kita harus akui, bahwa :
▬ pemerintahan kita adalah pemerintahan yang berasaskan paham syi’ah, disamping tugasnya melindungi kemerdekaan negara dan hak-hak rakyatnya, kita juga wajib menjadikan pengguliran revolusi sebagai target negara yang paling utama.

Akan tetapi,
karena melihat perkembangan dunia saat ini dengan aturan UU antar negaranya, maka tidak mungkin bagi kita untuk menggulirkan revolusi ini (dg serta merta), bahkan bisa jadi hal itu mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan kelangsungan kita.

Karena alasan ini,
maka -setelah mengadakan tiga pertemuan, dan menghasilkan keputusan, yang disepakati oleh hampir seluruh anggota-, kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun,
▬ yang terdiri dari 5 tahapan,
▬▬ setiap tahapan berjangka 10 tahun,
▬▬▬ yang bertujuan untuk menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan menyatukan kembali dunia Islam (DENGAN MEN-SYI'AH-KANNYA).

Bahaya yang kita hadapi dari para pemimpin wahabiah dan mereka yang berpaham ahlus sunnah, itu jauh lebih besar dibandingkan bahaya yang datang dari manapun juga, baik dari timur maupun barat.

Karena
▬ orang-orang wahabi dan ahlus sunnah selalu menentang pergerakan kita,
▬▬ merekalah musuh utama wilayatul fakih dan para imam yang ma’shum.

Bahkan mereka beranggapan bahwa :
menjadikan faham syi’ah sebagai landasan negara, adalah hal yang bertentangan dengan agama dan adat. Dengan begitu berarti mereka telah memecah dunia Islam menjadi dua kubu yang saling bermusuhan.

Atas dasar ini:
▬ Kita harus menambah kekuatan di daerah-daerah berpenduduk ahlus sunnah di Iran, khususnya kota-kota perbatasan. Kita harus menambah masjid-masjid dan husainiyyat kita di sana, disamping menambah volume dan keseriusan dalam pengadaan acara-acara peringatan RITUAL SYI'AH.

Kita juga harus :
▬ menciptakan iklim yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh 90-100 persen penduduk Ahlus Sunnah,
▬▬ agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar kader-kader syi’ah dari berbagai kota dan desa pedalaman ke daerah-daerah tersebut, untuk selamanya tinggal, kerja, dan bisnis di sana.

Dan merupakan kewajiban negara dan instansinya, untuk memberikan perlindungan langsung kepada mereka yang diutus untuk menempati daerah itu, dengan tujuan agar :
▬ dengan berlalunya waktu, mereka bisa merebut jabatan pegawai di berbagai kantor, pusat pendidikan dan layanan umum, yang masih di pegang oleh kaum ahlus sunnah.

Strategi yang kami buat untuk pengguliran revolusi ini, -tidak seperti anggapan banyak kalangan- akan membuahkan hasil, tanpa adanya kericuhan, pertumpahan darah, atau bahkan perlawanan dari kekuatan terbesar dunia. Sungguh dana besar yang kita habiskan untuk mendanai misi ini, tak akan hilang tanpa timbal-balik.


▓░ TEORI MEMPERKUAT PILAR-PILAR NEGARA

Kita tahu, bahwa kunci utama untuk menguatkan pilar-pilar setiap negara dan perlindungan terhadap rakyatnya, berada pada tiga asas utama:

►Pertama: Kekuatan (militer dan senjatanya) yang dimiliki oleh pemerintahan yang sedang berkuasa.

►Kedua: Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ulama dan penelitinya.

►Ketiga: Ekonomi yang terfokus pada kelompok pengusaha pemilik modal.


Apabila
kita mampu menggoncang pemerintahan, dengan cara :
▬ memunculkan perseteruan antara ulama dan penguasanya,
▬ atau memecah konsentrasi para pemilik modal di negara itu, dengan menarik modalnya ke negara kita atau negara lain,

▬▬ tak diragukan lagi, kita telah menciptakan keberhasilan yang gemilang dan menarik perhatian dunia, karena kita telah meruntuhkan tiga pilar tersebut.

Adapun
rakyat jelata setiap negara, yang berjumlah rata-rata 70-80 persen, mereka hanyalah :
▬ pengikut hukum
▬ dan kekuatan yang menguasainya.

Mereka disibukkan oleh tuntutan hidupnya, untuk mencari rizki, makan dan tempat tinggalnya.

Oleh karena itu,
▬ mereka akan membela siapa pun yang sedang berkuasa.
▬▬ Dan untuk mencapai atap setiap rumah, kita harus menaiki tangga utamanya.

Tetangga-tetangga kita dari kaum Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah :
▬ Turki,
▬ Irak,
▬ Afganistan,
▬ Pakistan,
▬ banyak negara kecil di pinggiran selatan, dan gerbangnya negara teluk persia, yang tampak seakan negara-negara yang bersatu, padahal sebenarnya berpecah-belah.

Daerah-daerah ini, adalah kawasan yang sangat penting sekali, baik di masa lalu, maupun di masa-masa yang akan datang. Ia juga ibarat kerongkongan dunia di bidang minyak bumi. Tidak ada di muka bumi ini, kawasan yang lebih sensitif melebihinya. Para penguasa di kawasan ini memiliki taraf hidup yang tinggi, karena penjualan minyak buminya.


▓░ KATEGORI PENDUDUK DI KAWASAN INI

Penduduk di kawasan ini terbagi dalam tiga golongan:

►Pertama: Penduduk baduwi dan padang pasir, yang telah ada sejak beratus-ratus tahun lalu.

►Kedua: Pendatang yang hijrah dari berbagai pulau dan pelabuhan, yang telah hijrah sejak zaman pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi, dan terus berlangsung hingga zamannya Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind, Raja al-Qojar, dan keluarga al-Bahlawi. Dan telah banyak perjalanan hijrah dari waktu ke waktu, sejak mulainya revolusi Islam.

►Ketiga: Mereka yang berasal dari negara arab lainnya, dan kota-kota pedalaman Iran.

Adapun lahan bisnis, perusahaan ekspor impor dan kontraktor, biasanya dikuasai oleh selain penduduk asli. Sedangkan penduduk asli, kebanyakan mereka hidup dari menyewakan lahan dan jual-beli tanah. Mengenai para keluarga penguasa, biasanya mereka hidup dari gaji pokok penjualan minyak buminya.

Adapun kerusakan masyarakat, kerusakan budaya, dan banyaknya praktek yang menyimpang dari Islam, itu sangat jelas terlihat. Karena mayoritas penduduk negara-negara ini, telah larut dalam kenikmatan dunia, kefasikan dan perbuatan keji. Banyak dari mereka yang mulai membeli perumahan, saham perusahaan, dan menyimpan modal usahanya di eropa dan amerika, khususnya di jepang, inggris, swedia, dan swiss, karena kekhawatiran mereka akan runtuhnya negara mereka di masa-masa mendatang.

Sesungguhnya
▬ dengan menguasai negara-negara ini,
▬▬ berarti kita telah menguasai setengah dunia.


▓░ BEBERAPA TAHAPAN DALAM MENGGULIRKAN REVOLUSI INI

Untuk menjalankan misi panjang 50 tahun ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah:
▬ memperbaiki hubungan kita dengan negara-negara tetangga,
▬▬ dan harus ada hubungan yang kuat dan sikap saling menghormati, antara kita dengan mereka.

Bahkan
kita juga harus memperbaiki hubungan kita dengan Irak, setelah perang berakhir dan sadam husein jatuh, karena menjatuhkan seribu kawan itu lebih ringan, dibanding menjatuhkan satu lawan.

Dengan adanya hubungan :
▬ politik,
▬ ekonomi
▬ dan budaya
▬▬ antara kita dengan mereka,

tentunya
akan masuk sekelompok kader dari Iran ke negara-negara ini,

sehingga
memungkinkan kita untuk :
▬ mengirim para duta secara resmi,
▬▬ yang pada hakekatnya adalah pelaksana program revolusi ini,

selanjutnya
kita akan tentukan MISI KHUSUS mereka saat menugaskan dan mengirimkannya.

Janganlah kita beranggapan bahwa 50 tahun adalah waktu yang panjang, karena kesuksesan langkah kita ini benar-benar membutuhkan perencanaan yang berkelanjutan hingga 20 tahun.

Sungguh
tersebarnya paham syi’ah, yang kita rasakan di banyak negara saat ini, bukanlah buah dari perencanaan 1 atau 2 hari.

Dulunya kita tidak memiliki seorang pun pegawai di negara manapun, apalagi kader dengan jabatan menteri, wakil negara dan presiden. Bahkan dulunya banyak kelompok, seperti wahabiah, syafi’iah, hanafiah, malikiah, dan hanbaliah, memandang kita sebagai kelompok yang murtad dari Islam, sehingga pengikut mereka telah berkali-kali mengadakan pemusnahan kaum syi’ah secara massal.

Memang benar kita tidak merasakan pahitnya hari-hari itu, tetapi nenek moyang kita pernah merasakannya. Kehidupan kita hari ini adalah buah dari gagasan, pemikiran dan langkah mereka. Mungkin juga kita tidak akan hidup di masa depan, akan tetapi revolusi dan madzhab kita akan tetap ada.

Untuk menunaikan misi ini, tidaklah cukup hanya dengan mengorbankan hidup, atau apapun yang paling berharga sekalipun, akan tetapi juga membutuhkan pemrograman yang telah matang dikaji.

Harus ada perencanaan untuk masa depan, walaupun untuk 500 tahun ke depan, apalagi hanya 50 tahun saja. Karena kita adalah pewaris berjuta-juta syuhada’, yang gugur di tangan setan-setan yang mengaku muslim, darah mereka terus mengalir dalam sejarah, sejak meninggalnya Rosul hingga hari ini.

Dan cucuran darah itu tidak akan kering, sehingga :
▬ setiap orang yang mengaku muslim, meyakini hak Ali dan keluarga Rasulullah,
▬ mengakui kesalahan nenek moyang mereka,
▬ dan mengakui syi’ah sebagai pewaris utama ajaran Islam.


▓░ BEBERAPA TAHAPAN PENTING DALAM PERJALANAN MISI INI

►TAHAP PERTAMA (sepuluh tahun pertama):

Kita tidak ada masalah dalam menyebarkan madzhab syi’ah di Afganistan, Pakistan, Turki, Iran dan Bahrain. Karena itu, kita akan menjadikan tahapan sepuluh tahun kedua, sebagai tahapan pertama di 5 negara ini.

Sedangkan tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal:

▬ Pertama: Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan.
▬ Kedua: Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan fasilitasnya kepada para pengikut paham syi’ah, agar mereka mau hidup di rumah yang dibeli, sehingga bertambah banyak jumlah penduduk yang sepaham dengan kita.

▬ Ketiga: Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para pemodal di pasar dagang, dengan para pegawai kantor (khususnya mereka yang menjabat sebagai kepala tinggi), dengan tokoh publik, dan dengan siapapun yang memiliki hak keputusan penuh di berbagai instansi negara.

Di sebagian negara-negara ini,
ada beberapa daerah, yang sedang dalam proyek pengembangan, bahkan di sana ada rencana proyek pengembangan untuk puluhan desa, kampung, dan kota kecil lainnya.

Tugas wajib para duta yang kita kirim adalah :
▬ membeli sebanyak mungkin rumah di desa itu, untuk kemudian dijual dengan harga yang pantas kepada orang yang mau menjual hak miliknya di pusat kota.
▬▬ Sehingga dengan langkah ini, kota yang padat penduduknya bisa kita rebut dari tangan mereka.


►TAHAP KEDUA (sepuluh tahun kedua):

Kita harus mendorong masyarakat syi’ah untuk :
▬ menghormati UU,
▬ taat kepada para pelaksana UU dan pegawai negara,
▬ serta berusaha mendapatkan surat ijin resmi untuk berbagai acara ritual syi’ah, pendirian masjid, dan husainiyyat.

Karena
surat ijin resmi tersebut, akan kita ajukan sebagai tanda bukti resmi di masa-masa mendatang untuk mengadakan berbagai acara dengan bebas.

Kita juga harus berkonsentrasi pada :
▬ kawasan yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya,
▬▬ untuk kita jadikan sebagai tempat diskusi tentang masalah-masalah (syiah) yang sangat sensitif.

Para duta syi’ah, -pada dua tahapan ini- diharuskan untuk :
▬ mendapatkan kewarga-negaraan dari negara yang ditempatinya,
▬▬ dengan memanfaatkan relasi atau hadiah yang sangat berharga sekalipun.

Mereka juga harus mendorong para kadernya agar :
▬ menjadi pegawai negeri,
▬▬ dan segera masuk -KHUSUSNYA- dalam BARISAN MILITER NEGARA.


► PADA PERTENGAHAN TAHAP KEDUA:

Harus dihembuskan -secara rahasia dan tidak langsung- isu bahwa :
▬ para ulama ahlus sunnah dan wahabiah adalah penyebab kerusakan di masyarakat, dan berbagai praktek menyimpang syariat yang banyak terjadi di negara itu.

Yaitu melalui selebaran-selebaran yang berisi kritikan, dengan :
▬ mengatas-namakan sebagian badan keagamaan
▬ atau tokoh ahlus sunnah dari negara lain.

Tak diragukan lagi, ini akan memprovokasi sejumlah besar rakyat negara itu, sehingga pada akhirnya mereka akan menangkap pimpinan agama atau figur ahlus sunnah yang dituduh itu, atau kemungkinan lain; rakyat negara itu akan menolak isi selebaran itu, dan para ulamanya akan membantahnya dengan sekuat tenaga.

Dan setelah itu kita munculkan :
▬ banyak huru hara,
▬▬ yang akan berakibat pada diberhentikannya penanggung jawab masalah itu, atau digantikannya dengan staf yang baru.

Langkah ini, akan menyebabkan buruknya kepercayaan pemerintah kepada seluruh ulama di negaranya, sehingga menjadikan mereka tidak bisa menyebarkan agama, membangun masjid dan pusat pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan menganggap seluruh ajakan yang berbau agama sebagai bentuk pelanggaran terhadap peraturan negara.

Ditambah lagi, akan berkembang rasa benci dan saling menjauh antara penguasa dengan ulama di negara itu,

sehingga
▬ ahlus sunnah dan wahabiyah akan kehilangan pelindung mereka dari dalam, padahal tidak mungkin ada orang yang melindungi mereka dari luar.


►TAHAP KETIGA (sepuluh tahun ketiga):

Pada tahap ini, telah terbangun jaringan yang kuat, antara duta-duta kita dengan para pemilik modal dan pegawai atasan,

diantara mereka juga banyak :
▬ yang telah masuk dalam barisan militer dan jajaran pemerintahan,
▬ yang bekerja dengan penuh ketenangan dan hati-hati, tanpa ikut campur dalam urusan agama,
▬▬ sehingga kepercayaan penguasa lebih meningkat lagi dari sebelumnya.

Pada tahapan ini,
di saat berkembangnya perseteruan, perpecahan, dan iklim yang memanas antara penguasa dengan ulama,

maka
diharuskan kepada sebagian ulama terkemuka syiah yang telah menjadi penduduk negara itu, untuk :
▬ men-sosialisasikan keberpihakan mereka kepada penguasa negara itu,
▬▬ khususnya pada musim-musim ritual keagamaan (syi’ah),

sekaligus menampakkan bahwa :
▬ syi’ah adalah aliran yang tak membahayakan pemerintahan mereka.

Apabila situasi memungkinkan mereka untuk bersosialisasi melalui media informasi yang ada, maka janganlah ragu-ragu memanfaatkannya untuk menarik perhatian para penguasa,

sehingga
mereka senang dan menempatkan kader kita pada jabatan pemerintahan, dengan tanpa ada rasa takut atau cemas dari mereka.

Pada tahapan ini, dengan adanya perubahan yang terjadi di banyak pelabuhan, pulau, dan kota lainnya di negara kita, ditambah dengan devisa perbankan kita yang terus meningkat, kita akan merencanakan langkah-langkah untuk menjatuhkan perekonomian negara-negara tetangga. Tentu saja para pemilik modal dengan alasan keuntungan, keamanan dan stabilitas ekonomi, akan mengirimkan seluruh rekening mereka ke negara kita; dan ketika kita memberikan kebebasan kepada semua orang, dalam menjalankan seluruh kegiatan ekonominya, dan pengelolaan rekening banknya di negara kita, tentunya negara mereka akan menyambut rakyat kita, atau bahkan memberikan kemudahan dalam kerjasama ekonomi.


►TAHAP KEEMPAT (sepuluh tahun keempat):

Pada tahap ini, telah terhampar di depan kita fenomena; dimana :
▬ banyak negara yang para penguasa dan ulamanya saling bermusuhan, pebisnis yang hampir bangkrut dan lari, serta masyarakat yang tak aman, sehingga siap menjual hak miliknya dengan separo harga sekalipun, agar mereka bisa pindah ke daerah yang aman.

Di saat terjadinya kegentingan inilah, para duta kita akan menjadi pelindung bagi hukum dan para penguasanya. Apabila para duta itu bekerja dengan sungguh-sungguh, tentunya mereka akan mendapatkan jabatan terpenting dalam pemerintahan dan kemiliteran, sehingga dapat mempersempit jurang pemisah antara para pemilik usaha yang ada dengan para penguasa.

Keadaan seperti ini, memungkinkan kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus untuk penguasa sebagai para penghianat negara, dan ini akan menyebabkan diberhentikannya mereka atau bahkan diusir dan diganti dengan kader kita.

Langkah ini akan membuahkan dua keuntungan:

▬ Pertama: Pengikut kita akan mendapat kepercayaan yang lebih baik dari sebelumnya.
▬ Kedua: Kebencian ahlus sunnah akan semakin meningkat, karena meningkatnya kekuatan syi’ah di berbagai instansi negara.
―― Ini akan mendorong ahlus sunnah untuk meningkatkan langkah menentang penguasa.
――― Di saat seperti itu, kader-kader kita harus bersanding membela penguasa, dan mengajak masyarakat untuk berdamai dan tetap tenang. Dan pada saat yang bersamaan, mereka akan membeli kembali rumah dan barang yang semula akan mereka tinggalkan.


►TAHAP KELIMA (sepuluh tahun terakhir):

Pada sepuluh tahun kelima, tentunya iklim dunia telah siap menerima revolusi ini, karena kita telah mengambil tiga pilar utama dari mereka, yang meliputi:
▬ keamanan,
▬ ketenangan,
▬ dan kenyamanan.

Sedangkan pemerintahan yang berkuasa, akan menjadi seperti kapal ditengah badai dan nyaris tenggelam,

sehingga
mau menerima semua masukan yang akan menyelamatkan jiwanya.

Di saat seperti ini, kita akan memberikan masukan melalui :
▬ beberapa tokoh penting dan terkenal,
▬▬ untuk membentuk himpunan rakyat dalam rangka memperbaiki keadaan negara,

dan
kita akan membantu penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan mengamankan negara.

Tak diragukan lagi, tentunya mereka akan menerima usulan itu, sehingga para kader pilihan kita akan mendapatkan hampir keseluruhan kursi di dalamnya. Kenyataan ini tentu akan menyebabkan larinya para pengusaha, ulama, dan pegawai setia pemerintahan, sehingga kita akan dapat menggulirkan revolusi islam kita ke berbagai negara, tanpa menimbulkan peperangan atau pertumpahan darah.

Seandainya, pada sepuluh tahun terakhir, rencana ini tidak membuahkan hasil, kita tetap bisa mengadakan revolusi rakyat dan merebut kekuasaan dari tangan penguasa.

Apabila penganut syi’ah adalah :
▬ penduduk, penghuni, dan rakyat negara itu,
▬▬ maka berarti kita telah menunaikan kewajiban, yang bisa kita pertanggung-jawabkan di depan Allah, agama, dan madzhab kita.

Bukan tujuan kita untuk mengantarkan seseorang kepada tampuk pimpinan, tetapi tujuan kita hanyalah menggulirkan revolusi, sehingga kita mampu mengangkat bendera kemenangan Agama Tuhan ini, dan menampakkan nilai-nilai kita di seluruh negara. Selanjutnya kita mampu maju melawan dunia kafir dengan kekuatan yang lebih besar, dan menghias alam dengan cahaya Islam dan ajaran syi’ah, sampai datangnya imam mahdi yang dinantikan))

⋘▬◊ selesai sudah naskah misi revolusi itu ◊▬⋙


Lihatlah wahai para pembaca…
betapa busuknya rencana mereka…
betapa besarnya kebencian mereka terhadap Ahlus Sunnah…

Kita sekarang tahu bahwa :
syi’ah bukanlah sekedar aliran paham biasa…

akan tetapi…
ia sekarang berubah menjadi aliran pergerakan politik… yang bisa merongrong eksistensi negara…

lihatlah bagaimana mereka merencanakan pengguliran revolusi sedikit demi sedikit… bagaimana mereka menjadikan dutanya sebagai alat penyebar aliran, sekaligus alat politiknya…

Subhanalloh…
semoga Alloh menyelamatkan kita Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari tipu daya mereka…

Alloh berfirman (yang artinya): “Mereka membuat tipu daya, maka Alloh pun membalas dengan tipu daya. Dan Alloh adalah sebaik-baik pembalas tipu daya…” (Ali Imron: 54)

Semoga tulisan ini bisa menyadarkan mereka yang menyuarakan, perlunya pendekatan antara syi’ah dan Ahlus Sunnah…


Sungguh mengherankan…
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

▬ adakah yang masih mengharapkan kebaikan dari kaum yang selalu berbohong atas Alloh dan Rosul-Nya…
▬ adakah yang masih ingin membangun kerukunan dengan kaum yang meyakini bahwa Alqur’annya Ahlus sunnah tidak orisinil lagi…
▬ adakah yang masih mengharapkan bersanding dengan kaum yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, bahkan seluruh Sahabat Rosul, kecuali tiga saja (Salman al-Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)….
▬ adakah yang masih berprasangka baik kepada kaum yang menuduh Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- selama hidupnya telah berzina dengan Aisyah…
▬ adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik, kaum yang telah membunuh ratusan bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di Iran dan negara lainnya…
▬ Adakah Ahlus Sunnah yang masih toleran dengan kaum yang tidak mengijinkan satu pun masjid ahlus sunnah di Tehran Ibu kota Iran….

Sungguh
tidak pernah habis rasa heran ini melihat kenyataan yang ada di lapangan…


▬ Mungkin banyak diantara kita yang tidak melihat bukti nyata dari omongan diatas…
▬ mungkin ada yang mengatakan bahwa fakta di atas adalah sebatas tuduhan yang tak beralasan…

Tapi ingatlah bahwa :
▬ diantara inti ajaran kaum syi’ah adalah TAKIAH, yakni: membohongi publik untuk keselamatan diri…

Ingatlah bahwa :
bohong semacam itu dalam akidah mereka adalah amalan ibadah yang berpahala…

Ingatlah hadits palsu yang selalu mereka gembar-gemborkan:
“tidak punya agama, siapa pun yang tidak menerapkan takiah”…. ternyata selama ini, kita tidak melihat kejanggalan yang ada pada mereka, disebabkan takiah (baca: kebohongan) mereka kepada kita…

Ternyata selama ini tidak terlihat perbedaan yang mendasar antara kita dan mereka, karena tabir tebal yang mereka gunakan untuk menutupi kebusukan batin… tapi itulah sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga… selincah-lincah kuda berlari pasti akan terpleset juga… inilah diantara bukti semerbaknya bau busuk mereka…

Alhamdulillah..
awwalan wa aakhiron berkat Alloh azza wa jall terbuka juga misi rahasia jangka panjang mereka…

subhanakallohumma wa bihamdika… wa tabaarokasmuk wa ta’ala jadduk… wa laa ilaaha ghoiruk…
wassalam..

(oleh: Addariny, di Madinah, 1 juni 2009)
NB: bagi anda yang ingin membaca naskah yang kami terjemahkan, kami sertakan di sini naskah aslinya:
_________________

الخطة السرية
إذا لم نكن قادرين على تصدير ثورتنا إلى البلاد الإسلامية المجاورة فلا شك أن ثقافة تلك البلاد الممزوجة بثقافة الغرب سوف تهاجمنا وتنتصر علينا.
وقد قامت الآن بفضل الله وتضحية أمة الإمام الباسلة دولة الإثني عشرية في إيران بعد قرون عديدة، ولذلك فنحن – وبناءً على إرشادات الزعماء الشيعة المبجلين- نحمل واجباً خطيراً وثقيلاً وهو تصدير الثورة؛ وعلينا أن نعترف أن حكومتنا فضلاً عن مهمتها في حفظ استقلال البلاد وحقوق الشعب، فهي حكومة مذهبية ويجب أن نجعل تصدير الثورة على رأس الأولويات.
لكن نظراً للوضع العالمي الحالي والقوانين الدولية –كما اصطُلحَ على تسميتها- لا يمكن تصدير الثورة بل ربما اقترن ذلك بأخطار جسيمة مدمرة.
ولهذا فإننا خلال ثلاث جلسات وبآراء شبه إجماعية من المشاركين وأعضاء اللجان وضعنا خطة خمسية تشمل خمس مراحل، ومدّة كل مرحلة عشر سنوات، لنقوم بتصدير الثورة الإسلامية إلى جميع الدول المجاورة ونوحد الإسلام أولاً ؛ لأن الخطر الذي يواجهنا من الحكام الوهابيين وذوي الأصول السنية أكبر بكثير من الخطر الذي يواجهنا من الشرق والغرب ؛ لأن هؤلاء (الوهابيين وأهل السنّة) يناهضون حركتنا وهم الأعداء الأصليون لولاية الفقيه والأئمة المعصومين، حتى إنهم يعدون اعتماد المذهب الشيعي كمذهب رسمي دستوراً للبلد أمراً مخالفاً للشرع والعـرف ، وهـم بـذلـك قــد شقـــوا الإســلام إلـى فرعــين متضـاديــن.
بناء على هذا: يجب علينا أن نزيد نفوذنا في المناطق السنيّة داخل إيران، وبخاصة المدن الحدودية، ونزيد من عدد مساجدنا و (الحسينيات) ونقيم الاحتفالات المذهبية أكثر من ذي قبل، وبجدية أكثر، ويجب أن نهيئ الجو في المدن التي يسكنها 90 إلى 100% من السنة حتى يتم ترحيل أعداد كبيرة من الشيعة من المدن والقرى الداخلية إليها، ويقيمون فيها إلى الأبد للسكنى والعمل والتجارة، ويجب على الدولة والدوائر الحكومية أن تجعل هؤلاء المستوطنين وتحت حمايتها بشكل مباشر ليتم إخراج إدارات المدن والمراكز الثقافية والاجتماعية بمرور الزمن من يد المواطنين السابقين من السنّة – والخطة التي رسمناها لتصدير الثورة- خلافاً لرأي كثير من أهل النظر، ستثمر دون ضجيج أو إراقة للدماء أو حتى رد فعل من القوى العظمى في العالم، وإن الأموال التي ستنفق في هذا السبيل لن تكون نفقات دون عائد.
طرق تثبيت أركان الدولة : نحن نعلم أن تثبيت أركان كل دولة والحفاظ على كل أمة أو شعب ينبني على أسس ثلاثة:
الأول : القوة التي تملكها السلطة الحاكمة.
الثاني : العلم والمعرفة عند العلماء والباحثين.
الثالث : الاقتصاد المتمركز في أيدي أصحاب رؤوس الأموال.
إذا استطعنا أن نزلزل كيان تلك الحكومات بإيجاد الخلاف بين الحكام والعلماء، ونُشَتِّت أصحاب رؤوس الأموال في تلك البلاد ونجذبها إلى بلادنا، أو إلى بلاد أخرى في العالم، نكون بلا ريب قد حققنا نجاحاً باهراً وملفتاً للنظر؛ لأننا أفقدناهم تلك الأركان الثلاثة.
وأما بقية الشعوب التي تشكل 70 إلى 80% من سكان كل بلد فهم أتباع القوة والحكم ومنهمكون في أمور معيشتهم وتحصيل رزقهم من الخبز والمأوى؛ ولذا فهم يدافعون عمن يملك القوة.
ولاعتلاء أي سطح فإنه لابد من صعود الدرجة الأولى إليه.
وجيراننا من أهل السنة والوهابية هم : تركيا والعراق وأفغانستان وباكستان وعدد من الإمارات في الحاشية الجنوبية ومدخل (الخليج الفارسي)! التي تبدو دولاً متحدة في الظاهر إلا أنها في الحقيقة مختلفة.
ولهذه المنطقة بالذات أهمية كبرى سواء في الماضي أو الحاضر كما أنها تعتبر حلقوم الكرة الأرضية من حيث النفط، ولا توجد في العالم نقطة أكثر حساسية منها، ويملك حكام هذه المناطق بسبب بيع النفط إمكانيات الحياة…
فئات شعوب المنطقة:وسكان هذه البلاد هم ثلاث فئات:
الفئة الأولى : هم البدو وأهل الصحراء الذين يعود وجودهم في هذه البلاد إلى مئات السنين.
الفئة الثانية : هم الذين هاجروا من الجزر والموانئ التي تعتبر من أرضنا اليوم، وبدأت هجرتهم منذ عهد الشاه إسماعيل الصفوي، واستمرت في عهد نادر شاه افشار وكريم خان وملوك القاجار وأسرة البهلوي، وحدثت هجرات متفرقة منذ بداية الثورة الإسلامية .
والفئة الثالثة : هم من الدول العربية الأخرى ومن مدن إيران الداخلية.
أما التجارة وشركات الاستيراد والتصدير والبناء فيسيطر عليها في الغالب غير المواطنين الأصليين، ويعيش السكان الداخليون من هذه البلاد على إيجار البنايات وبيع الأراضي وشرائها، وأما أقرباء ذوي النفوذ فهم يعيشون على الرواتب العائدة من بيع النفط.
أما الفساد الاجتماعي والثقافي والأعمال المخالفة للإسلام فهي واضحة للعيان، ومعظم المواطنين في هذه البلاد يقضون حياتهم في الانغماس في الملذات الدنيوية والفسق والفجور!
وقد قام كثير منهم بشراء الشقق وأسهم المصانع وإيداع رؤوس الأموال في أوروبا وأمريكا وخاصة في اليابان وإنجلترا والسويد وسويسرا خوفاً من الخراب المستقبلي لبلادهم.
إن سيطرتنا على هذه الدول تعني السيطرة على نصف العالم.
أسلوب تنفيذ الخطة المُعدة:
ولإجراء هذه الخطة الخمسينية علينا بادئ ذي بدء أن نحسن علاقاتنا مع دول الجوار ويجب أن يكون هناك احترام متبادل وعلاقة وثيقة وصداقة بيننا وبينهم حتى إننا سوف نحسن علاقاتنا مع العراق بعد الحرب وسقوط صدام حسين ؛ ذلك أن إسقاط ألف صديق أهون من إسقاط عدو واحد.
وفي حال وجود علاقات ثقافية وسياسية واقتصادية بيننا وبينهم فسوف يهاجر بلا ريب عدد من الإيرانيين إلى هذه الدول؛ ويمكننا من خلالهم إرسال عدد من العملاء كمهاجرين ظاهراً ويكونون في الحقيقة من العاملين في النظام، وسوف تحدد وظائفهم حين الخدمة والإرسال.
لا تفكروا أن خمسين سنة تعد عمراً طويلاً؛ فقد احتاج نجاح ثورتنا خطة دامت عشرين سنة، وإن نفوذ مذهبنا الذي يتمتع به إلى حد ما في الكثير من تلك الدول ودوائرها لم يكن وليد خطة يوم واحد أو يومين، بل لم يكن لنا في أي دولة موظفون فضلاً عن وزير أو وكيل أو حاكم ، حتى إن الفرق الوهابية والشافعية والحنفية والمالكية والحنبلية كانت تعتبرنا من المرتدين، وقد قام أتباع هذه المذاهب بالقتل العام للشيعة مراراً وتكراراً، صحيح أننا لم نكن في تلك الأيام، لكن أجدادنا قد كانوا، وحياتنا اليوم ثمرة لأفكارهم وآرائهم ومساعيهم وربما لن نكون نحن أنفسنا في المستقبل لكن ثورتنا ومذهبنا باقيان. ولا يكفي لأداء هذا الواجب المذهبي التضحية بالحياة والخبز والغالي والنفيس، بل يتوجب أن يكون هناك برنامج مدروس،ويجب إيجاد مخططات ولو كانت لخمسمئة عام مقبل فضلاً عن خمسين سنة؛فنحن ورثة ملايين الشهداء الذين قُتلوا بيد الشياطين المتأسلمين (السنة) وجرت دماؤهم منذ وفاة الرسول صلى الله عليه وسلم في مجرى التاريخ إلى يومنا هذا ، ولم تجف هذه الدماء ليعتقد كل من يُسمى مسلماً بـ (عليّ وأهل بيت رسول الله) ويعترف بأخطاء أجداده، ويعترف بالتشيُّع كوارثٍ أصيل للإسلام .
مراحل مهمة في طريقنا:
ليس لدينا مشكلة في ترويج المذهب في أفغانستان وباكستان وتركيا والعراق والبحرين، وسنجعل الخطة العشرية الثانية هي الأولى في هذه الدول الخمس، وعلى ذلك فمن واجب مهاجرينا –العملاء- المكلفين في بقية الدول ثلاثة أشياء:
1- شراء الأراضي والبيوت والشقق، وإيجاد العمل ومتطلبات الحياة وإمكانياتها لأبناء مذهبهم ليعيشوا في تلك البيوت ويزيدوا عدد السكان.
2- العلاقة والصداقة مع أصحاب رؤوس الأموال في السوق والموظفين الإداريين خاصة الرؤوس الكبار والمشاهير والأفراد الذين يتمتعون بنفوذ وافر في الدوائر الحكومية.
3- هناك في بعض الدول قرى متفرقة في طور البناء، وهناك خطط لبناء عشرات القرى والنواحي والمدن الصغيرة الأخرى، فيجب أن يشتري هؤلاء المهاجرون العملاء الذين أرسلنا أكبر عدد ممكن من البيوت في تلك القرى ويبيعوا ذلك بسعر مناسب للأفراد والأشخاص الذي باعوا ممتلكاتهم في مراكز المدن، وبهذه الخطة تكون المدن ذات الكثافة السكانية قد أُخرجت من أيديهم.
ثانياً : يجب حث الناس (الشيعة) على احترام القانون وطاعة منفذي القانون وموظفي الدولة، والحصول على تراخيص رسمية للاحتفالات المذهبية –وبكل تواضع- وبناء المساجد والحسينيات؛ لأن هذه التراخيص الرسمية سوف تطرح مستقبلاً على اعتبار أنها وثائق رسمية.
ولإيجاد الأعمال الحرة يجب أن نفكر في الأماكن ذات الكثافة السكانية العالية لنجعلها موضع المناقشة في المواقع الحساسة، ويجب على الأفراد في هاتين المرحلتين أن يسعوا للحصول على جنسية البلاد التي يقيمون فيها باستغلال الأصدقاء وتقديم الهدايا الثمينة، وعليهم أن يرغّبوا الشباب بالعمل في الوظائف الحكومية والانخراط خاصة في السلك العسكري.
وفي النصف الثاني من هذه الخطة العشرية يجب –بطريقة سرية وغير مباشرة- استثارة علماء السنة والوهابية ضد الفساد الاجتماعي والأعمال المخالفة للإسلام الموجودة بكثرة في تلك البلاد، وذلك عبر توزيع منشورات انتقادية باسم بعض السلطات الدينية والشخصيات المذهبية من البلاد الأخرى، ولا ريب أن هذا سيكون سبباً في إثارة أعداد كبيرة من تلك الشعوب، وفي النهاية إما أن يلقوا القبض على تلك القيادات الدينية أو الشخصيات المذهبية أو أنهم سيكذبون كل ما نشر بأسمائهم وسوف يدافع المتدينون عن تلك المنشورات بشدة بالغة وستقع أعمال مريبة وستؤدي إلى إيقاف عدد من المسؤولين السابقين أو تبديلهم، وهذه الأعمال ستكون سبباً في سوء ظن الحكام بجميع المتدينين في بلادهم؛ وهم لذلك سوف لن يعملوا على نشر الدين وبناء المساجد والأماكن الدينية، وسوف يعتبرون كل الخطابات الدينية والاحتفالات المذهبية أعمالاً مناهضة لنظامهم، وفضلاً عن هذا سينمو الحقد والنفرة بين العلماء والحكام في تلك البلاد؛ وحتى أهل السنة والوهابية سيفقدون حماية مراكزهم الداخلية ولن يكون لهم حماية خارجية إطلاقاً.
ثالثاً: وفي هذه المرحلة حيث ترسَّخت صداقة عملائنا بأصحاب رؤوس الأموال والموظفين الكبار، ومنهم عدد كبير في السلك العسكري والقوى التنفيذية وهم يعملون بكل هدوء ودأب، ولا يتدخلون في الأنشطة الدينية، فسوف يطمئن لهم الحكام أكثر من ذي قبل.
وفي هذه المرحلة حيث تنشأ خلافات وفُرقة وكَدَر بين أهل الدين والحكام فإنه يتوجب على بعض مشايخنا المشهورين من أهل تلك البلاد أن يعلنوا ولاءهم ودفاعهم عن حكام هذه البلاد وخاصة في المواسم المذهبية، ويُبرزوا التشيع كمذهب لا خطرَ منه عليهم، وإذا أمكنهم أن يعلنوا ذلك للناس عبر وسائل الإعلام فعليهم ألا يترددوا ليلفتوا نظر الحكام ويحوزوا على رضاهم فيقلدوهم الوظائف الحكومية دون خوف منهم أو وجل.
وفي هذه المرحلة ومع حدوث تحولات في الموانئ والجزر والمدن الأخرى في بلادنا، إضافة إلى الأرصدة البنكية التي سوف نستحدثها سيكون هناك مخططات لضرب الاقتصاد في دول الجوار. ولا شك في أن أصحاب رؤوس الأموال وفي سبيل الربح الآمن والثبات الاقتصادي سوف يرسلون جميع أرصدتهم إلى بلدنا؛ وعندما نجعل الآخرين أحراراً في جميع الأعمال التجارية والأرصدة البنكية في بلادهم سوف ترحب بمواطنينا وتمنحهم التسهيلات الاقتصادية للاستثمار.
رابعاً: وفي المرحلة الرابعة سيكون قد تهيأ أمامنا دول بين علمائها وحكامها مشاحنات،والتجار فيها على وشك الإفلاس والفرار، والناس مضطربون ومستعدون لبيع ممتلكاتهم بنصف قيمتها ليتمكنوا من السفر إلى أماكن آمنة؛ وفي وسط هذه المعمعة فإن عملاءنا ومهاجرينا سَيُعتبرون وحدهم حُماةَ السلطة والحكم، وإذا عمل هؤلاء العملاء بيقظة فسيمكنهم أن يتبوؤوا كبرى الوظائف المدنية والعسكرية ويضيقوا المسافة بينهم وبين المؤسسات الحاكمة والحكام، ومن مواقعَ كهذه يمكننا بسهولة بالغة أن نَشِي بالمخلصين لدى الحكام على أنهم خونة؛ وهذا سيؤدي إلى توقيفهم أو طردهم أو استبدالهم بعناصرنا. ولهذا العمل ذاته ثمرتان إيجابيتان:
أولاً : عناصرنا سيكسبون ثقة الحكام أكثر من ذي قبل.
ثانياً : إن سخط أهل السنة على الحكم سيزداد بسبب ازدياد قدرة الشيعة في الدوائر الحكومية، وسيقوم أهل السنة من جراء هذا بأعمال مناوئة أكثر ضد الحكم، وفي هذه الفترة يتوجب على أفرادنا أن يقفوا إلى جانب الحكام، ويدعوا الناس إلى الصلح والهدوء، ويشتروا في الوقت نفسه بيوت الذين هم على وشك الفرار وأملاكهم.
خامساً : وفي العشرية الخامسة فإن الجو سيكون قد أصبح مهيأ للثورة؛ لأننا أخذنا منهم العناصر الثلاثة التي اشتملت على : الأمن، والهدوء، والراحة، والهيئة الحاكمة ستبدو كسفينة وسط طوفان مشرفة على الغرق تقبل كل اقتراح للنجاة بأرواحها.
وفي هذه الفترة سنقترح عبر شخصيات معتمدة ومشهورة تشكيل مجلس شعبي لتهدئة الأوضاع، وسنساعد الحكام في المراقبة على الدوائر وضبط البلد؛ ولا ريب أنهم سيقبلون ذلك، وسيحوز مرشحونا وبأكثرية مطلقة على معظم كراسي المجلس؛ وهذا الأمر سوف يسبب فرار التجار والعلماء حتى الخَدَمة المخلصين، وبذلك سوف نستطيع تصدير ثورتنا الإسلامية على بلاد كثيرة دون حرب أو إراقة للدماء.
وعلى فرض أن هذه الخطة لم تثمر في المرحلة العشرية الأخيرة فإنه يمكننا أن نقيم ثورة شعبية ونسلب السلطة من الحكام، وإذا كان في الظاهر أن عناصرنا –الشيعية- هم أهل تلك البلاد ومواطنوها وساكنوها، لكننا نكون قد قمنا بأداء الواجب أمام الله والدين وأمام مذهبنا، وليس من أهدافنا إيصال شخص معين إلى سدة الحكم- فإن الهدف هو فقط تصدير الثورة؛ وعندئذ نستطيع رفع لواء هذا الدين الإلهي، وأن نُظهر قيامنا في جميع الدول، وسنتقدم إلى عالم الكفر بقوة أكبر، ونزين العالم بنور الإسلام والتشيع حتى ظهور المهدي الموعود. أ.هـ

_________________
Sumber:
Blog Ustadz Abu Abdillah Addariny, Lc ~hafidzohullah~
http://addariny.wordpress.com/2009/05/31/259/
http://artikelassunnah.blogspot.com/2012/02/waspadai-misi-rahasia-syiah.html


VIDEO BERIKUT INI MEMBONGKAR :
▬ RAHASIA KEJAHATAN SYI'AH
▬▬ DAN NEGARA IRAN TERHADAP UMAT ISLAM DI SELURUH DUNIA

( 142 941 KB )

http://www.youtube.com/watch?v=N_g2PpcCyzg&feature=player_embedded ]


Source :
Blog Ustadz Abu Abdillah Addariny, Lc ~hafidzohullah~
http://addariny.wordpress.com/2009/05/31/259/

35 Point Syiah Bukan Islam

*fb Orcela Puspita*

35 POINT SYIAH BUKAN ISLAM


Peneliti Syi’ah dari Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS) Surabaya, Kholili Hasib, M.A mengungkapkan 35 point tentang Syiah bukan Islam.

1►Syiah bukan Islam – sebelum membahas kekeliruan Syiah harus kita pahami dahulu bahwa Syiah Indonesia adalah Syiah Itsna Asyariah bukan Zaidiyah.

2►Syiah bukan Islam – Syiah Itsna Asyariyah adalah Syiah yang percaya 12 Imam atau disebut Imamiyah. Syiah ini yang mayoritas ada di dunia termasuk rezim yang berkuasa di Iran.

3►Syiah bukan Islam – Syiah Imamiyah inilah yang disebut Rafidhah. Karena mereka mencaci bahkan mengkafirkan para sahabat Nabi. Syiah Zaidiyah bukan Rafidah karena tidak mencaci sahabat.

4►Syiah bukan Islam – Ciri khas utama Syiah ada dua yakni kultus berlebihan pada Ali serta keturunannya dan pelecehan terhadap sahabat Nabi.

5►Syiah bukan Islam – Saya menyimpulkan dua ciri khas utama itu adalah wordlview-nya Syiah. Semua aspek dalam agama pasti berpangkal pada dua hal tsb.

6►Syiah bukan Islam – Silahkan yang mau membuktikan pemikiran Syiah tentang al-Qur’an, hadits, politik, fiqih diasaskan oleh kultus Ali dan benci kepada para sahabat.

7►Syiah bukan Islam – Konsep ketuhanan juga dipengaruhi ideologi kultus imamah. Konsep ke esa an Syiah berbeda dengan konsep ke esa an dalam Islam

8►Syiah bukan Islam – Kitab al-Kafi-kitab hadits syiah yang utama menjelaskan bahwa yg dimaksud musyrik adalah menyekutukan imam Ali dengan imam yg lain.

9►Syiah bukan Islam – Lebih jelas lagi dalam kitab Bihar al-Anwar,kitab rujukan Syiah, yg mengatakan “Siapa saja tidak percaya Ali adalah Imam pertama adalah kafir.”

10►Syiah bukan Islam – Jadi yang dimaksud syirik bagi Syiah bukan sekedar menyekutukan Allah tapi juga menyekutukan Ali dalam hal kepemimpinan.

11►Syiah bukan Islam – Jadi syiah itu sejatinya golongan takfiriyah yang sebenarnya. Mengkafirkan kaum muslimin karena tidak mengangkat Ali sebagai imam pertama.

12►Syiah bukan Islam – Non Syiah, orang selain Syiah mereka sebut nawashib. Sebutan hina. Nawashib menurut imam-imam mereka halal hartanya.

13►Syiah bukan Islam – Syiah menyesatkan para aimmatul madzahib imam madzhab yang empat, Ahlussunnah. Mereka disebut ahlul bid’ah, kafir dan sesat (kitab al-Syiah hum Ahlussunnah).

14►Syiah bukan Islam – Istri tercinta Nabi,Aisyah, disesatkan. Imam Thabrasi mengatakan kemuliaan Aisyah gugur karena melawan Ali, dia ingkar kepada Allah.

15►Syiah bukan Islam – Syiah mengkafirkan sahabat. Menurut mereka hanya 3 sahabat yang Islam yakni Abu Dzar, Salman, dan Miqdad.

16►Syiah bukan Islam – Kenapa Syiah menghalalkan mut’ah. Lagi-lagi karena yg meriwayatkan haramnya mut’ah itu Umar bin Khattab. Karena kebenciannya itu haditsnya ditolak.

17►Syiah bukan Islam – Kenapa Syiah menolak mushaf utsmani sebagai al-Qur’an? Karena yang menyusun itu Utsman yg mereka benci.

18►Syiah bukan Islam – Dalam kitab Thaharah, Khomaini menyebut sahabat itu lebih jijik daripada anjing dan babi.

19►Syiah bukan Islam – Syaikh Shoduq ulama Syiah, mengatakan darah nawasib (muslim sunni) itu halal.

20►Syiah bukan Islam – Imam Khomaini pernah berfatwa bahwa nawasib itu kedudukannya sama dengan musuh yang wajib diperangi (ahlul harb).

21►Syiah bukan Islam – Karena itu cara tepat mengenal Syiah itu dengan menelaah kitab-kitab induk mereka. Karena itu ajaran mrk sesungguhnya.

22►Syiah bukan Islam – Jangan terkecoh dengan buku-buku Syiah sekarang. Karena penuh propaganda, intrik dan pengelabuan.

23►Syiah bukan Islam – Syiah punya rukun agama bernama taqiyah. “La dina liman la taqiyata” artinya tidak beragama yang tidak taqiyyah, disebut dalam al-kafi.

24►Syiah bukan Islam – Karena taqiyah itu, Imam Syafii berpesan bahwa golongan yang paling banyak bohongnya itu Syiah.

25►Syiah bukan Islam – Maka jangan heran jika mereka mengaburkan fakta-fakta Syiah Sampang. Karena itu bagian dari aqidah. Teologi kebohongan itulah taqiyah.

26►Syiah bukan Islam – Waspadalah Syiah punya sayap militan. Mereka pernah mau kirim relawan ke Suriah bantu rezim Asad.

27►Syiah bukan Islam – Seorang pengurus PBNU pernah menulis, Syiah Indonesia sedang siapkan konsep imamah di Indonesia. Dalam arti mereka sedang siapkan revolusi

28►Syiah bukan Islam – Syiah membahayakan NKRI. Ada fatwa Khomeini yang mewajibkan Syiah untuk revolusi di negara masing-masing.

29►Syiah bukan Islam – Gerakan Syiah didukung kelompok liberal. Pokoknya segala aliran yang rusak dan sesat yang dilekatkan pada Islam didukung Syiah. Mereka sekarang bersatu.

30►Syiah bukan Islam – visi Syiah-liberal hampir sama dalam hal pelecehan terhadap sahabat nabi dan meragukan al-Qur’an.

31►Syiah bukan Islam – Liberal punya ideologi relativisme. Ternyata Syiah dalam kampanye gunakan ideologi tersebut untuk kelabuhi Sunni.

32►Syiah bukan Islam – contoh relativisme Syiah adalah, kampanye Sunnah-Syiah sama saja. Sama Tuhan dan Nabinya. Ini mencontek kaum liberal.

33►Syiah bukan Islam – Filsafatnya orang Syiah ternyata juga berujung pluralisme dan pantaeisme. FiIsalafatnya mengadopsi paripatetik.

34►Syiah bukan Islam – Demikianlah fakta-fakta Syiah. Jika muslim anti liberal maka seharusnya juga anti Syiah. Mereka sama-sama ideologi perusak Islam.

35►Syiah bukan Islam – Semoga kita dan keluarga kita dilindungi dari makar Syiah dan Liberal.

Pada Senin, Juli 08, 2013
http://forum-unand.blogspot.com/2013_07_08_archive.html

Mengapa Ahlul Bid'ah Berbuat Bid'ah Dan Bolehkan Bid'ah Hasanah?

(Sumber: fb Abu Ayaz)

MENURUT AHLUL BID'AH, INILAH MENGAPA MEREKA BERBUAT BID'AH DAN MEMBOLEHKAN BID'AH HASANAH ? #

Inilah kata mereka :

PEMBAGIAN BID’AH DALAM KITAB HADITS "SHOHIH MUSLIM BI SYARHI AN-NAWAWI"
Di dalam kitab hadits “Shohih Muslim bi Syarhi an-Nawawi” jilid 4 halaman 104-105, cetakan “Darul Fikr” Beirut Libanon (lihat dan simak tulisan yang ada di foto !) diterangkan tentang masalah pembagian bid’ah yang bersumber dari sabda Nabi saw, yaitu:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Barangsiapa membuat-buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikit pun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikit pun dari dosanya”.

Hadits ini mentakhsis hadits Nabi yang berbunyi :

كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة

“Setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Adapun yang dimaksud hadits tersebut adalah perkara-perkara baru yang bersifat bathil dan bid’ah-bid’ah yang bersifat tercela.
Dengan demikian, bid’ah dibagi kepada lima bagian, yaitu:
1. Bid’ah wajib,
2. Bid’ah sunnah,
3. Bid’ah haram,
4. Bid’ah makruh, dan
5. Bid’ah mubah.

CATATAN:
======
Download & Read Online kitab hadits "المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاج - الإمام النووي"
http://archive.org/details/SahihMuslimSharhNawawi

------------------------------------------

Maka saya berkata, ini jelas pemahaman yg BATHIL dan RUSAK.

Haditsnya benar, kitabnya benar, tapi cara memahaminya yg rusak.
Dan inilah yg mereka ajarkan kepada anak cucu mereka, murid2 mereka dan kaum mereka.

Perkataan mereka semua diatas, sudah ada bantahan ilmiyahnya, antara lain terdapat dalam kitab " Ilmu Ushul Bida' Dirasah Takmiliyah Muhimmah fi Ilmi Ushul Al Fuiqh ", cetakan Dar Raayah, tahun 1992, atau edisi terjemahan "Membedah Akar Bid'ah" karya Syaikh Ali Hasan Al Halaby Al Atsary - hafizhahullah -. Cetakan Pustaka Al Kautsar, tahun 2000.

Juga buku "Al-Wala & Al-Bara Tentang Siapa Yang harus Dicintai & Harus Dimusuhi oleh Orang Islam", oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan - hafizhalullah -, terbitan At-Tibyan Solo, hal 47-55

Na'uudzubillahi min dzaalik.

Wallahul musta'an.

------------------------------------------


Lalu bagaimana seharusnua kita memahami hadits diatas tsb?

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah di tanya :

"Bagaimana jawaban anda terhadap sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ . ومَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

"Man Sanna Fi Islam Sunnatan Hasanatan Fa Lahu Ajruha Wa Ajru Man ‘Amila Biha..dst dst"

artinya :
"Siapa yang memulai membuat contoh kebaikan dalam Islam maka ia mendapat pahala perbuatannya dan pahala orang-orang yang mengikuti (meniru) perbuatannya itu ..".

"Sanna" di sini artinya : membuat atau mengadakan.

Jawabnya :
Bahwa orang yang menyampaikan ucapan tersebut adalah orang yang menyatakan pula : "Setiap bid'ah adalah kesesatan". yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan tidak mungkin sabda beliau sebagai orang yang jujur dan terpercaya ada yang bertentangan satu sama lainnya, sebagaimana firman Allah juga tidak ada yang saling bertentangan. Kalau ada yang beranggapan seperti itu, maka hendaklah ia meneliti kembali. Anggapan tersebut terjadi mungkin karena dirinya yang tidak mampu atau karena kurang jeli. Dan sama sekali tidak akan ada pertentangan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala atau sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dengan demikian tidak ada pertentangan antara kedua hadits tersebut, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan : "man sanna fil islaam", yang artinya : "Barangsiapa berbuat dalam Islam", sedangkan bid'ah tidak termasuk dalam Islam ; kemudian menyatkan : "sunnah hasanah", berarti : "Sunnah yang baik", sedangkan bid'ah bukan yang baik. Tentu berbeda antara berbuat sunnah dan mengerjakan bid'ah.

Jawaban lainnya, bahwa kata-kata "man sanna" bisa diartikan pula : "Barangsiapa menghidupkan suatu sunnah", yang telah ditinggalkan dan pernah ada sebelumnya. Jadi kata "sanna" tidak berarti membuat sunnah dari dirinya sendiri, melainkan menghidupkan kembali suatu sunnah yang telah ditinggalkan.

Ada juga jawaban lain yang ditunjukkan oleh sebab timbulnya hadits diatas, yaitu kisah orang-orang yang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mereka itu dalam keadaan yang amat sulit. Maka beliau menghimbau kepada para sahabat untuk mendermakan sebagian dari harta mereka. Kemudian datanglah seorang Anshar dengan membawa sebungkus uang perak yang kelihatannya cukup banyak, lalu diletakkannya di hadapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Seketika itu berseri-serilah wajah beliau dan bersabda.

"Siapa yang memulai memberi contoh kebaikan dalam Islam maka ia mendapat pahala perbuatannya dan pahala orang-orang yang mengikuti (meniru) perbuatannya itu ..".

Dari sini, dapat dipahami bahwa arti "sanna" ialah : melaksanakan (mengerjakan), bukan berarti membuat (mengadakan) suatu sunnah. Jadi arti dari sabda beliau : "Man Sanna fil Islaami Sunnatan Hasanan", yaitu : "Barangsiapa melaksanakan sunnah yang baik", bukan membuat atau mengadakannya, karena yang demikian ini dilarang. berdasarkan sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Kullu bid'atin dhalaalah".

[Disalin dari buku Al-Ibdaa' fi Kamaalisy Syar'i wa Khatharil Ibtidaa' edisi Indonesia Kesempurnaan Islam dan Bahaya Bid'ah karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin]


----------------------------------------------

 Kemudian,
Adapun perkara pembagian bid'ah menjadi lima sebagaimana yg mereka (ahlul bid'ah) pegang, mereka sandarkan kepada Al ‘Iz-bin Abdus Salam rahimahullah yang membagi bid’ah menjadi lima :

Memahami perkataan Al ‘Iz-bin Abdus Salam rahimahullah yang membagi bid’ah menjadi lima

Perkataan Al ‘Iz-bin Abdus Salam rahimahullah tentang “bid-’ah,” bahwa:

“Bid’ah itu terbagi kepada bid’ah yang wajib, bid’ah yang haram, bid’ah yang sunnah bid’ah yang makruh dan bid’ah yang mubah. Dan cara untuk mengetahui hal tersebut, maka bid’ah tersebut harus dikembalikan kepada kaidah-kaidah syari’at. Maka jika bid’ah tersebut masuk dalam kaidah yang wajib, maka itulah yang dinamakan dengan bid’ah wajibah, apabila ia masuk pada kaidah yang haram, maka itulah bid’ah muharramah. Jika ia masuk dalam kaidah sunnah, maka itulah bid’ah mandubah (sunnah) dan jika ia masuk dalam kaidah mubah, maka itulah bidah yang mubah”. [Qawaa’idul Ahkaam, 2/173]

BANTAHAN:

Pertama: 
Sesungguhnya kita tidak diperbolehkan untuk memperhadapkan sabda Rasulullah صلى الله عليه و سلم dengan perkataan seorangpun dari manusia, siapapun orangnya. Dan hal ini telah saya peringatkan berulang kali sebelumnya.

Kedua: 
Berkata Imam Asy-Syathiby رحمه الله : “Sesungguhnya pembagian tersebut adalah pembagian yang di ada-adakan, tidak ada satupun dalil syar’i yang mendukungnya, bahkan pembagian itu sendiri saling bertolak belakang, sebab hakikat bid’ah adalah jika sesuatu itu tidak memiliki dalil yang syar’i, tidak berupa dalil dari nas-nas syar’i, dan juga tidak terdapat dalam kaidah-kaidahnya. Sebab seandainya disana terdapat dalil syar’i tentang wajibnya, atau sunnahnya, atau bolehnya, niscaya tidak mungkin bid’ah itu ada, dan niscaya amalan tersebut masuk dalam amalan-amalan secara umum yang diperintahkan, atau yang diberikan pilihan. Karena itu maka mengumpulkan beberapa hal tersebut sebagai suatu bid’ah, dan antara keberadaan dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya, atau sunnahnya, atau bolehnya, maka semua itu merupakan pengumpulan antara dua hal yang saling menafikan”.[Al I’tisham, 1/246]

Ketiga: 
Bahwasanya bid’ah yang dimaksudkan oleh Al-’lzz bin Abdus Salam رحمه الله adalah bid’ah menurut pengertian bahasa, bukan menurut pengertian syara’. Dan yang menunjukan hal tersebut (bahwa ia adalah bid’ah menurut bahasa- pent) adalah contoh-contoh yang dipaparkan terhadap pembagian-pembagian tersebut.

Maka bid’ah yang wajib beliau contohkan dengan menekuni ilmu nahwu yang dengannya firman Allah dan sabda Rasul-Nya صلى الله عليه و سلم difahami. Apakah kata menekuni ilmu nahwu itu merupakan bid’ah menurut syari’at? Ataukah ia termasuk kepada kaidah yang mengatakan:

ما لا يتمّ الواجب إلا به فهو واجب

“Sesuatu yang tidak akan sempurna suatu kewajiban kecuali dengan adanya sesuatu tersebut, maka sesuatu itu hukumnya wajib”

Ketahuilah bahwasanya mungkin dapat kita katakan mengenai ilmu nahwu, bahwa ia merupakan bid’ah menurut tinjauan bahasa, akan tetapi hukum-hukum syar’i itu ditetapkan dengan pengertian-pengertian menurut syari’at, bukan dengan menggunakan pengertian-pengertian menurut bahasa.

Sebagai contoh bagi bid’ah yang mandubah (sunnah), beliau mencontohkannya dengan shalat tarawih, pembangunan sekolah-sekolah, dan pembicaraan mengenai tasawwuf yang terpuji. Semua itu bukanlah merupakan bid’ah di dalam agama. Shalat tarawih telah ada contohnya dari perbuatan Nabi صلى الله عليه و سلم, sebagaimana yang telah kita bicarakan dalam pembahasan tentang syubhat ketiga.

Sedangkan pembangunan sekolah-sekolah adalah wasilah (sarana) untuk menuntut ilmu dan keutamaan ilmu serta mengajarkannya tidak dapat kita pungkiri, serta pembicaraan tentang tasawwuf terpuji telah diketahui sebagai bagian dari nasihat.

Adapun bagi bid’ah yang mubah (boleh), beliau memberikan contoh yang banyak terhadap kelezatan-kelezatan. Dan hal ini bukanlah merupakan bid’ah menurut agama, bahkan jika ia sampai kepada derajat israf (berlebih-lebihan), maka ia termasuk kepada hal yang diharamkan, yang masuk dalam suatu bentuk kemaksiatan, bukan termasuk bid’ah. Dan ada perbedaan antara kemaksiatan dan bid’ah. Imam Asy-Syathibiy telah membahas contoh-contoh tersebut dalam pembahasan yang panjang. [Al I’tisham, 1/246]


Bahwasanya telah ada riwayat mengenai Al-’Izz bin Salam Rahinahullah bahwa beliau adalah orang yang dikenal sebagai pemberantas bid’ah dan orang yang sangat melarang hal tersebut serta mentahdzir (memperingati) dan bahaya bid’ah. Sungguh beliau pernah melarang beberapa hal yang dinamakan oleh ahli bid’ah dengan bid’ah hasanah. Akan kami kemukakan contoh-contohnya kemudian.

Syihabuddin Abu Syaamah -salah seorang murid dari Al-’lzz- berkata: “Beliau adalah orang yang paling berhak menjadi khathib dan imam, beliau telah menyingkirkan banyak bid’ah yang pernah dilakukan oleh para khatib dengan pukulan pedang di atas mimbar, dan lain-lain, beliau pernah mengungkapkan kebathilan dua shalat pada pertengahan bulan sya’ban (nishfu sya’ban), dan beliau melarang keduanya”. [Thabaqaat Asy Syafi’iyyah oleh Imam As Subki, 8/210)]

Dibawah ini akan kami kutip perkataan beliau yang menujukkan bahwa beliau adalah orang yang memerangi dan melarang bid’ah, yang di antaranya adalah apa yang dinamakan orang dengan “bid’ah hasanah”, namun demikian Al-’lzz bin Salam tetap mengingkarinya. Di antaranya adalah:

Bahwasanya beliau pernah ditanya tentang bersalam-salaman setelah selesai shalat shubuh dan ashar, maka beliaupun berkata :

“Bersalam-salamn setelah shalat subuh dan ashar adalah merupakan salah satu dari bid’ah, kecuali bagi orang yang baru datang yang belum sempat bertemu dan berjabatan tangan dengannya sebelum shalat, sebab bersalam-salaman disyari’atkan oleh agama ketika baru bertemu. Dan adalah Nabi صلى الله عليه و سلم biasanya setelah shalat berdzikir dengan dzikir-dzikir yang syar’i dan beristighfar 3x kemudian bubar dari shalatnya. Dan diriwayatkan bahwa beliau membaca; (yang artinya:) “Wahai Tuhanku jauhkanlah dari adzab-Mu di hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.” Dan segala kebaikan hanyalah dengan mengikuti Rasulullah صلى الله عليه و سلم. [Fataawaa Al ‘Izz Ibnu Abdissalaam, hal. 46, no. 15, Cet. Daarulbaaz]

Dan beliau juga pernah berkata:

و لا يستحبّ رفع اليدين فى الدعاء إلا فى المواطن الّتى رفع فيها رسول الله صلّى الله عليه و سلّم يديه و لا يمسح وحهه بيديه عقب الدعاء إلاّ جاهل

“Dan tidaklah disukai (disunnahkan mengangkat kedua tangan ketika berdo’a, kecuali pada tempat-tempat yang padanya Rasulullah صلى الله عليه و سلم mengangkat kedua tangannya, dan tidak ada orang yang mengusapkan kedua tangannya kewajahnya setelah berdo’a melainkan orang yang jahil”. [Ibid, hal. 47]

Dan beliau berkata : “Dan tidak disyari’atkan membaca shalawat kepada Rasulullah صلى الله عليه و سلم dalam do’a Qunut, dan shalawat kepada Nabi صلى الله عليه و سلم tidak boleh ditambah atau dikurangi sedikitpun”[1]

Ketika mengornentari perkataan beliau ini, Syaikh Al-Albany berkata: “Di dalam perkatan beliau ini terdapat isyarat bahwasanya kita tidak memperluas istilah bid’ah hasanah, sebagaimana yang dilakukan dan dikatakan oleh orang-orang disaat ini.

Saya (Albani) katakan : “Dari apa yang telah dibahas, maka menjadi jelaslah bahawasanya yang dimaksudkan oleh Ai-’lzz bin Abdus Salam dalam pembagian beliau terhadap bid’ah adalah bid’ah secara bahasa, bukan merupakan pengertian bid’ah menurut agama.”

Disana masih ada lagi nash yang shahih dari beliau mengenai apa yang beliau maksudkan dengan bid’ah hasanah, dimana beliau berkata ketika membantah Ibnu Shalah mengenai shalat ragha’ib: “Kemudian beliau -ibnu Shalah- mengaku bahwasanya shalat ragha’ib itu merupakan bid’ah yang dibuat-buat, maka kami berhujjah kepada beliau kalau begitu dengan sabda Rasulullah صلى الله عليه و سلم,

و شر الأمور محدثاتها و كلّ بدعة ضلالة

artinya: “Dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang baru (dalam agama), dan setiap bid’ah itu sesat.”

--------------
[1] Mungkin yang beliau maksudkan adalah qunut di shalat subuh, sebab beliau bermadzhab Syafi’i, sedangkan mereka mengatakan bahwa hal tersebut disyari’atkan. Kalau tidak, maka sesungguhnya shalawat dalam do’a qunut pada shalat witir merupakan perbuatan Ubay bin Ka’ab رضي الله عنه . (Ditakhrij oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahihnya, hal. 1100. Lihat pula Shifat Shalat Nabi صلى الله عليه و سلم oleh Al Albani, hal. 160 pada catatan kaki.



Dan telah dikecualikan dalam hadits tersebut bid’ah hasanah dari bid’ah dhalalah, yakni semua bid’ah yang tidak menyelisihi As-Sunnah, bahkan ia sesuai dengan sunnah maka jenis bid’ah yang lain masuk pada keumuman Sabda beliau صلى الله عليه و سلم:

و شر الأمور محدثاتها و كلّ بدعة ضلالة

artinya: “Dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang baru (dalam agama), dan setiap bid’ah itu sesat.”

[Musaajalatu “Amaliyyah Bainal Imaamain Al Jaliilain Al ‘Izz bin Abdissalaam dan Ibnu Shalah, hal. 31]

Di sini kami katakan : Perkara yang ada kesesuaian dengan As-Sunnah, apakah boleh kita katakan sebagai bid’ah menurut agama ? Maka perhatikanlah perkataan Al-’Izz mengenai pengertian bid’ah hasanah, yakni : “Tidak menyelisihi Sunnah, bahkan sejalan dengan As-Sunnah itu sendiri.” !!, maka apa saja yang sesuai dengan As-Sunnah sudah pasti tidak ternasuk dalam kategori bid’ah menurut syari’at, namun terkadang merupakan bid’ah menurut pengertian secara bahasa. Maka sudah sangat jelas apa yang dimaksudkan oleh Al-’Izz dengan bid’ah hasanah, bid’ah wajibah, bid’ah mustahabbah (sunnah) dan bid’ah mubahah (boleh) adalah bid’ah secara makna bahasa. Adapun secara istilah agama, maka semua bid’ah itu sesat. Dan dari sini jelaslah bahwa perkataan bid’ah hasanah dalam agama merupakan salah satu di antara sebab-sebab utama terjadinya pembauran antara makna secara bahasa dan istilah agama terhadap makna bid’ah yang terdapat di dalam atsar-atsar, serta perkataan sebagian ahli ilmu. Maka barangsiapa yang diberi taufiq untuk dapat membedakan antara ini dan itu, maka syubbhat-syubhat tersebut akan hilang dari dirinya dan menjadi jelaslah baginya permasalahan tersebut.

Sumber : http://agussantosa39.wordpress.com/category/syubhat-syubhat-pelaku-bidah-hasanah/memahami-perkataan-al-iz-bin-abdus-salam-%D8%B1%D8%AD%D9%85%D9%87-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-yang-membagi-bidah-menjadi-lima/