Friday, November 23, 2012

Ikhlas Karena Allah Adalah Jalan Kebahagiaan

*Elsad*

Kekayaan seorang hamba sebanding dg ketaatannya kepada Allah ∂αη kesungguhannya dalam menyambut seruan-Nya. Keikhlasan dalam beramal merupakan fondasi agama ∂αη mahligai setiap amal, ia merupakan cermin kewibawaan, cita-cita nan tinggi, kecemerlangan akal ∂αη jalan kebahagiaan.

     DIA berfirman kepadanya:

    فاعبد الله مخلصا له الدين (٢) [الزمر : ٢]
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya"
 (QS. Az-Zumar :2)

    Demikian juga firman-Nya:
}قل إني أمرت أن أعبد الله مخلصا له الدين (١١) [الزمر: ١١]

"Katakanlah : "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dg memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama" (QS: Az-Zumar: 11).

}قل الله أعبد مخلصا له دينى (١٤) }
" Katakanlah : "Hanya Allah saja ϓ∂ηб  aku sembah dg memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku " (QS. Az-Zumar :14)

     Jadi, kebaikan suatu amal karena niat ϓ∂ηб baik, sedangkan niat ϓ∂ηб  baik dikarenakan hati ϓ∂ηб  baik.

     Syarat utama diterimanya suatu amalan disisi Allah adalah ikhlas ∂αη ITTIBA' , Ibnu Mas'ud radiallahu 'anhu berkata: "suatu perkataan ∂αη perbuatan tidak akan bermanfaat kecuali disertai niat (ϓ∂ηб  ikhlas) ; , sedangkan perkataan, perbuatan ∂αη niat tersebut tidak akan bermanfaat kecuali kalau ia sesuai dengan sunnah Rasulullah  صلى الله عليه وسلم .

Keikhlasan dalam beribadah amaatlah susah didapat.

Ibnul Jauzy berkata: " Alangkah sedikitnya orang yg beramal ikhlas karena Allah, karena kebanyakan manusia senang menampakkan ibadahnya" (Shaidul Khaathir hal.251)

    Ibnu Rajab berkata: "(Riya' yg murni) hampir tidak pernah dilakukan seorang mukmin dalam melaksanakan kewajiban Shalat ∂αη shiyamnya. Akan tetapi mungkin saja ia lakukan dalam menunaikan zakat , haji ∂αη amalan-amalan riil lainnya yg sifatnya sosial; karena keikhlasan dalam keadaan seperti ini amatlah susah dicapai. Padahal tidak seorang muslimpun yg ragu bahwa amalan tersebut pasti hapus ∂αη pelakunya pantas mendapatkan murka Allah ∂αη siksa-Nya. (Jaami'ul 'Uluum wal Hikam 1/79)

   Sebagian ulama seperti Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya, Al-Maqdisy dalam 'Umdatul Ahkaam, Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah ∂αη Mashaabihus Sunnah, ∂αη An-Nawawi dalam Al-Arba'in An-Nawawiyyah, mengawali tulisan mereka dengan hadits:  إنما الأعمال بالنيات (Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung niatnya.....), hal ini merupakan isyarat dari mereka akan pentingnya keikhlasan dalam beramal.

      Sufyan Ats-Tsauri berkata: "Aku tidak pernah membenahi sesuatu dalam diriku yg lebih berat dari niatku sendiri, karena ia selalu berbolak-balik" ,padahal suatu amalan yg tidak disertai niat yg ikhlas karena Allah merupakan potensi yg terabaikan ∂αη usaha yg sia-sia, ∂αη amal tersebut tertolak dari pelakunya. Karena Allah عزوجل adalah dzat yg Maha Kaya lagi Maha Terpuji, Ia tidak sudi menerima suatu amalan kecuali yg diamalkan secara ikhlas karena-Nya semata.

No comments:

Post a Comment