Sunday, March 17, 2013

Ramadhan

*Kholid Syamhudi*


​‎​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Romadhan sudah dekat hanya kisaran 40 harian kurang lebih akan nyampaikan kita pada bulan tersebut. Sudahkan kita mempersiapkan diri menyambut bulan mulia ini?
Saya mengajak teman2 dn saudara2 kaum muslimin untuk menengok kembali amalan dan hukum sekitar Ramadhan. Semoga bermanfaat. (Postingan berseri...insya Allah)

Amalan Dan Hukum Sekitar Romadhon
Bulan Romadhon hampir tiba, kaum musliminpun menyambutnya dengan penuh harap dan kebahagiaan. Bagaimana tidak?! Bulan yang penuh barokah dan keutamaan. Bulan diturunkannya Al Qur’an yang menunjuki manusia kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akherat. Maka tak heran kaum muslimin menyambutnya dengan penuh suka cita. Demikianlah Allah memberikan keutamaan pada bulan ini yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya.

1. Keutamaan Bulan Ramadhan
Sangat jelas dan gamblang keutamaan Romadhon dibanding bulan lainnya, namun kiranya masih perlu dipaparkan secara ringkas keutamaannya sebagai motivator semangat kaum muslimin beramal sholeh padanya. Diantara keutamaan tersebut adalah:
a. Bulan Ramadhan adalah bulan Alquran karena Alquran diturunkan pada bulan tersebut sebagaimana firman Allah ::
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah dia berpuasa.” (Surat Albaqarah ayat 185)
Dalam ayat di atas, bulan Ramadhan dinyatakan sebagai bulan turunnya Alquran, lalu pernyataan tersebut diikuti dengan perintah yang dimulai dengan huruf <ف> –yang berfungsi menunjukkan makna ‘alasan dan sebab’– dalam firmanNya: <فََمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ>. Hal itu menunjukkan bahwa sebab pemilihan bulan Ramadhan sebagai bulan puasa adalah karena Alquran diturunkan pada bulan tersebut.
b. Dalam bulan ini, para setan dibelenggu, pintu neraka ditutup, dan pintu surga dibuka sebagaimana  sabda Rasulullah ,
« إِذَا جَاءَ رَمَضانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النِيْرَانِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ »
“Jika datang bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggu para setan.”
Oleh karena itu, kita dapati dalam bulan ini sedikit terjadi kejahatan dan kerusakan di bumi karena sibuknya kaum muslimin dengan berpuasa dan membaca Alquran serta ibadah-ibadah yang lainnya; dan juga dibelenggunya para setan pada bulan tersebut.
c. Di dalamnya terdapat satu malam yang dinamakan lailatul qadar, satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Qadr.
إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌمِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (Surat Al Qadr ayat:1-3)
Melihat keutamaan-keutamaan ini tentunya membuat seorang muslim lebih bersemangat dalam menyambutnya dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin menjelang datangnya bulan tersebut.


2. Persiapan Menghadapi Ramadhan
Demikian agung bulan Ramadhan bagi seorang muslim, tentunya menuntut kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Diantara yang harus dipersiapkan seorang muslim dalam menyambut kedatangan bulan yang mulia ini adalah:
a. Menghitung bulan sya’ban.
Salah satu bentuk persiapan dalam menghadapi Ramadhan yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin adalah menghitung bulan Sya’ban, karena satu bulan dalam hitungan Islam adalah 29 hari atau 30 hari sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah   صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam hadits Ibnu Umar, beliau bersabda:
« الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُوْنَ لَيْلَةً، فَلا َتَصُوْمُوْا حَتَّى تَرَوْهُ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ »
“Satu bulan itu 29 malam. Maka jangan berpuasa sampai kalian melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya), maka genapkanlah 30 hari.”
Maka tidaklah berpuasa sampai kita melihat hilal (tanda masuknya bulan). Oleh karena itu, untuk menentukan kapan masuknya Ramadhan diperlukan pengetahuan hitungan bulan Syaban.
Seyogyanya ada diantara kaum muslimin yang melihat hilal bulan sya'ban nanti utk menghitung bulan sya'ban 29 hari supaya bisa akurat dalam ru'yah hilal Ramadhan.
b. Melihat hilal Ramadhan (Ru’yah)
Untuk menentukan permulaan bulan Ramadhan diperintahkan untuk melihat hilal, dan itulah satu-satunya cara yang disyariatkan dalam Islam sebagaimana yang dijelaskan oleh an-Nawawi dalam al-Majmu’ (6/289-290) dan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughniy (3/27).
Ini merupakan pendapat Ibnu Taimiyah yang berkata, “Kita sudah tahu secara pasti, Agama Islam beramal dengan melihat hilal dalam berpuasa, haji, atau iddah (masa menunggu), atau yang lainnya dari hukum-hukum yang berhubungan dengan hilal. Adapun pengambilannya dengan cara mengambil berita orang yang menghitungnya dengan hisab, baik dia melihatnya atau tidak, maka tidak boleh.”
Demikian juga Ibnu daqiqil ‘Ied menyatakan: “Tidak boleh bersandar kepada hisab dalam menentukan puasa (Romadhon)”.
Kemudian perkataan beliau ini merupakan kesepakatan kaum muslimin. Sedang munculnya masalah bersandar dengan hisab dalam hal ini baru terjadi pada sebagian ulama setelah tahun 300-an. Mereka mengatakan bahwa jikalau terjadi mendung (sehingga hilal tertutup ) boleh bagi yang mampu menghitung hisab beramal dengan hisabnya, namun itu hanya untuk dirinya sendiri. Jika hisab itu menunjukkan ru’yah, maka dia berpuasa, dan jika tidak, maka tidak boleh. Lalu, bagaimana keadaan kita sekarang?

Tambahan...
#Dalil tentang Ru'yatul Hilal.#
Adapun dalil tentang kewajiban menentukan permulaan bulan Ramadhan dengan melihat hilal sangat banyak, di antaranya adalah:
1.Hadits Ibnu Umar yang berbunyi:
« الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُوْنَ لَيْلَةً، فَلا َتَصُوْمُوْا حَتَّى تَرَوْهُ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ »
“Satu bulan itu 29 malam. Maka jangan berpuasa sampai kalian melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya), maka genapkanlah 30 hari.”.
2.Hadits Abu Hurairah. Beliau berkata, “Rasulullah bersabda,
« صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ أَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ »
“Berpuasalah kalian karena melihatnya dan berbukalah kalian (untuk idul fithri) karena melihatnya. Jika (hilal) tertutup oleh mendung, maka sempurnakanlah Syakban 30 hari.” (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).
3.Hadits ‘Adi bin Hatim, beliau berkata, “Rasulullah bersabda,
« إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَصُوْمُوْا ثَلاَثِيْنَ إِلاَّ أَنْ تَرَوْا الْهِلاَلَ قَبْلَ ذَلِكَ »
“Jika datang Ramadhan maka berpuasalah 30 hari kecuali kalian telah melihat hilal sebelumnya.”
Penentuan bulan Ramadhan dengan cara melihat hilal dapat ditetapkan dengan persaksian seorang Muslim yang adil sebagaimana yang dikatakan Ibnu Umar:
تَرَاءَى النَّاسُ اْلِهلاَلَ فأَخْبَرْتُ النَّبي أَنِّيْ رَأَيْتُهُ فَصَامَ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ
“Manusia sedang mencari hilal, lalu aku khabarkan Nabi bahwa aku telah melihatnya maka beliau berpuasa dan memerintahkan manuasia untuk berpuasa.”

3.  Amalan Di Bulan Romadhon.
Setelah terlihat hilal atau sempurna bulan sa’ban dan pemerintah telah menetapkan masuknya bulan Ramadhan, maka masuk dan datanglah bulan romadhon dimulai dengan malam tanggal 1 romadhan tsbt.
Kaum muslimin mulai melakukan kegiatan dan amal sholehnya dimalam dan siang romadhan. Tentunya dengan semangat dan ketekunan yang lebih dari biasanya.
Diantara amalan yang dilakukan seorang muslim adalah:

1.  Qiyam romadhon  ( Sholat tarawih).
Sholat taraweh disyariatkan dalam malam romadhon baik secara berjamaah atau tidak berjamaah. Disamping itu juga memiliki keutamaan besar yang dapat memotivasi seorang muslim melaksanakannya.

1.1.Keutamaannya
Qiyam Ramadhan adalah menegakkan malam Ramadhan dengan ibadah solat. Amalan ini memiliki keutamaan-keutamaan bagi pelakunya, yaitu:
a. Mendapat pengampunan dari Allah sebagaimana sabda Rasulullah:
« مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »
“Barangsiapa yang menegakkan (malam-malam) bulan Ramadhan dengan keimanan dan mencari keridhaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Lalu Rasulullah meninggal sedang perintah tersebut (meninggalkan jamaah taraweh) masih berlaku, demikian juga pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan pertengahan kekhalifahan Umar sebagaimana riwayat Muslim.
b. Mendapat keutamaan shiddiqin dan syuhada sebagaimana hadits Amr bin Murroh yang berbunyi:
جَاءَ رَسُوْلَ اللهِ رَجُلٌ مِنْ قُضَاعَةَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّكَ رَسُوْلُ اللهِ وَصَلَيْتُ صَلَوَاتِ الْخَمْسَ وَصُمْتُ الشَّهْرَ وَقُمْتُ رَمَضَانَ وَآتَيْتُ الزَّكَاةَ؟ فَقاَلَ النَّبِيُّ : « مَنْ مَاتَ عَلَى هَذَا كَانَ مِنَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ »
“Datang kepada Rasulullah seorang laki-laki Bani Qudhaah, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku telah bersyahadat tiada sesembahan yang hak, kecuali Allah, dan bersyahadat bahwa engkau adalah utusan-Nya, aku solat lima waktu, puasa satu bulan (Ramadhan), dan aku telah menegakkan (malam-malam) Ramadhan serta aku tunaikan zakat?’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang mati atas hal ini, dia termasuk dalam (kelompok) shiddiqin dan orang-orang yang syahid.’”

1.2.Persyariatan qiyam ramadhan (sholat taraweh) dengan berjamaah
Disyariatkan berjamaah dalam pelaksanaan qiyam Ramadhan. Bahkan berjamaah itu lebih utama disbanding tidak berjamaah, karena Rasulullah telah melakukan hal tersebut dan menjelaskan keutamaannya sebagaimana dalam hadits Abu Dzar yang artinya:
“Kami berpuasa bersama Rasulullah Ramadhan. Beliau tidak melaksanakan qiyam (solat taraweh) bersama kami selama bulan itu kecuali sampai tinggal tujuh hari. Saat itu, beliau tegak (solat taraweh) bersama kami sampai berlalu sepertiga malam. Pada hari keenam (tanggal 24) beliau tidak solat bersama kami. Baru kemudian pada hari kelima (tanggal 25) beliau solat lagi (solat taraweh) bersama kami sampai berlalu 1/2 malam. Saat itu aku berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, seandainya engkau menambah solat pada malam ini.’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya jika seseorang solat bersama imamnya sampai selesai, niscaya ditulis baginya amalan Qiyamul Lail.’ Lalu pada malam keempat (tanggal 26) kembali beliau tidak solat bersama kami. Dan pada malam ketiga (tanggal 27), beliau kumpulkan keluarga dan istri-istrinya serta manusia, lalu menegakkan (malam tersebut) bersama kami sampai kami takut kehilangan kemenangan.” Berkata (rawi dari Abu Dzar), “Aku bertanya, ‘Apa kemenangan itu?’ Beliau (Abu Dzar) menjawab, ‘Sahur. Kemudian beliau e tidak menegakkannya setelah itu.”

Sedangkan Rasulullah tidak melakukannya secara berjamaah terus menerus disebabkan takut hal itu diwajibkan kepada kaum muslimin. Lalu tidak mampu mengerjakannya, sebagaimana jelas dalam hadits Aisyah (yang diriwayatkan dalam shahihain):
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ خَرَجَ لَيْلَةً فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ فَصَلَّى فِيْ الْمَسْجِدِ وَ صَلَّى رِجَالٌ بِصَلاَتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوْا فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَصَلَّى فَصَلُّوْا مَعَهُ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فتَحَدَّثُوْا فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ،فَلَمَّا كَانَتِ الَّليْلَةُ الرَّاِبعَةُ عَجِزَ اْلمَسْجِدِ عَنْ أَهْلِهِ حَتَّىخَرَجَ لِصَلاَةِ الصُّبْحِ،فَلَمَّا قَضَىالْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَتَشَهَّدَ ثُمَّ قَالَ :"أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ وَ لَكِنِّيْ خَشِيْتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ فَتَعْجِزُوْا عَنْهَا". فَتُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ وَ الأََمْرُ عَلَى ذَلِكَ.
Bahwasanya Rasululloh  keluar pada suatu malam lalu sholat di masjid,dan sholat bersamanya beberapa orang dengan sholatnya,lalu pada pagi harinya manusia membicarakan hal itu,maka berkumpullah orang lebih banyak dari mereka,lalu (Rasulullah) sholat dan sholat bersamanya orang-orang tersebut. lalu keesokan harinya manusia membicarakan hal itu,maka banyaklah ahli masjid pada malam ke tiga,lalu Rasululloh  keluar dan sholat bersama mereka. Ketika malam ke empat masjid tidak dapat menampung ahlinya sehingga beliau keluar untuk sholat shubuh, ketika selesai shubuh,beliau menghadap manusia,lalu bertsyahud dan berkata:”Adapun kemudian, sudah jelas bagiku  kukedudukan kalian,akan tetapi aku takut diwajibkan hal ini atas kalian lalu kalian tidak mampu melaksanakannya”.Lalu Rasululloh meninggal dan perkara tersebut tetap dalam keadaan tidak berjamaah

Sebab qiyam Romadhon (sholat tarawih) tidak dilakukan secara berjamaah ini hilang dengan wafatnya Rasululloh. Hal ini karena dengan wafatnya beliau agama ini telah sempurna.
Dengan demikian amalan ini telah disyariat namun tidak dikerjakan Rasululloh lantaran kekhawatiran beliau, kemudian amalan ini dihidupkan kembali oleh Umar bin al-Khaththab pada kekhalifaannya.
Pensyariatan berjamaah ini juga untuk wanita, bahkan boleh menjadikan imam khusus untuk mereka, sebagaimana dilakukan kholifah Umar. Beliau mengangkat Ubai bin Kaab sebagai Imam untuk laki-laki dan Sulaiman bin Abu Hatsmah untuk wanita. Demikian juga kholifah Ali bin Abu Thalib memerintahkan kamu muslimin sholat tarawih berjamaah dan mengangkat seorang imam untuk laki-laki dan urfuzah ats-Tsaqafi untuk imam bagi wanita
1.3. Jumlah rakaat sholat tarawih

Adapun jumlah rakaatnya adalah 11 rakaat menurut yang rajih insyallah dan boleh kurang dan lebih darinya, karena Rasulullah tidak menentukan banyaknya dan panjang bacaannya.

1.4. Waktu sholat tarawih
Waktunya dimulai dari setelah sholat ‘Isya’ sampai munculnya fajar shubuh, dengan dalil sabda Rasululloh :
إِنَّ اللهَ زَادَكُمْ صَلاَةً ،وَهِيَ الْوِتْرُ فَصَلُّوْهَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَىصَلاَةِ اْلفَجْرِ
Sesungguhnya Allah  telah menambah kalian satu sholat dan dia adalah witir maka sholatlah kalian antara sholat ‘Isya sampai shlat Fajar.
Sholat malam diakhir malam lebih utama bagi yang mampu untuk bangun diakhir malam, dengan dalil sabda Rasululloh    صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَنْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُوْمَ مِنْ أَخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوْتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُوْمَ آخِرَهُ فَلْيُوْتِرْ آخِراللَّيْلِ، فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ الَّليْلِ مَشْهُوْدَةٌ، وَذَلِكَ أَفْضَلُ
Barang siapa yang takut tidak bangun di akhir malam,maka berwitirlah di awalnya,dan barang siapa yang tamak untuk biasa bangun di akhirnya,maka hendaklan berwitir di akhir malam,karena sholat di akhir malam itu dipersaksikan,dan itu lebih utama.
Tetapi kalau terdapat sholat teraweh berjamaah di awal malam maka itu lebih utama dari sholat taraweh di akhir malam sendirian.
1.5. Rincian Rakaat Sholat Taraweh.
Adapun sholat taraweh yang dilakukan Rasululloh adalah dengan perincian sebagai berikut:
1. 13 Rakaat dengan perincian:2 rakaat-2 rakaat dan dengan satu witir.
2. 13 Rakaat dengan perincian : 8 rakaat ditutuyp dengan salam pada setiap dua rakaat,ditambah 5 rakaat witir dengan tidak duduk dan salam kecuali di rakaat yang kelima.
3. 11 rakaat dengan perincian: dua-dua rakaat dan ditutup dengan satu witir.
4. 11 Rakaat dengan perincian: 8 rakaat tanpa duduk kecuali di rakaat yang kedelapan,lalu bertasyahud dan sholawat serta berdiri tanpa salam,lalu berwitir serakaat dan salam  dan ditambah 2 rakaat dilakukan dalam posisi duduk.
5. 9 Rakaat dengan perinciaan : 6 rakaat dilakukan tanpa duduk kecuali di rakaat keenam,lalu bertasyahut dan bersholawat tanpa salam,kemudian berdiri untuk witir serakaat lalu salam,kemudian sholat 2 rakaat dengan duduk.
(Diambil dari kitab Qiyaam Ramadhan karya al-Albani).

Materi fikih Ramadhon sudah diupload di www.ustadzkholid.com oleh karenanya ana berhenti postingan di    dgn mencukupkan teman2 baca di web tsbt.
Apabila ada ikhwan atau akhwat yg bersedia mencopas nya lalu mempostingnya di    sangat disyukuri.
Semoga dapat dimaklumi.

                  

No comments:

Post a Comment